Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Kompor Naik

Kompas.com - 19/07/2010, 03:20 WIB

Jakarta, Kompas - Sebulan terakhir industri rumahan kompor berbahan minyak tanah atau yang lebih populer dengan sebutan kompor sumbu di kawasan Cawang, Jakarta Timur, kebanjiran pembeli. Permintaan itu meningkat sejak kasus kebocoran dan ledakan tabung gas terus terjadi.

Ajis (33) dan Syahroni (40), adiknya, pemilik usaha pembuatan kompor sumbu di Cawang, Minggu (18/7), mengatakan, sejak sebulan terakhir, industri rumahan kompor sumbu di sekitar Cawang bangkit kembali. ”Kalau biasanya sehari kami rata-rata cuma mampu menjual satu kompor sumbu, sekarang setiap hari kami mampu menjual hingga belasan kompor sumbu,” ungkap Ajis.

Ia menjelaskan, kompor yang laku adalah kompor yang bersumbu 16 dan bersumbu 20. ”Kompor-kompor dengan sumbu sebanyak itu umumnya dibeli untuk kepentingan rumah tangga. Kami menduga banyak ibu rumah tangga yang beralih dari kompor gas ke kompor minyak tanah,” tutur Ajis.

Para pemilik warung makan seperti warung tegal kini balik menggunakan kompor bersumbu 40. Harga kompor bersumbu 16 rata-rata Rp 50.000 dan kompor bersumbu 20 harganya berkisar Rp 70.000. ”Untuk yang bersumbu 40, harganya sekitar Rp 200.000,” ujar Ajis.

Puluhan korban

Ibu Parkoni, salah seorang pembeli yang ditemui di Cawang, mengakui, dirinya beralih lagi ke kompor minyak tanah. ”Sekarang lebih baik keluar uang lebih banyak ketimbang nyawa jadi taruhan. Iklannya sih bagus, tetapi kenyataan penggunaan kompor gas di lapangan menyedihkan,” ujar perempuan yang tinggal di Pasar Minggu itu.

Ia menjelaskan, sehari dirinya membeli 1 liter minyak tanah seharga Rp 8.000. Gas isi 3 kilogram Rp 15.000 bisa digunakan sampai 10 hari.

”Memang menggunakan kompor gas lebih praktis, bersih, dan hemat. Namun, risikonya besar. Mosok hampir tiap hari ada berita tabung gas meledak. Pertamina-nya gimana ya?” katanya.

Dia sempat memakai kompor gas selama lima tahun. Sejak mendengar rangkaian berita tabung gas meledak, dia beralih menggunakan kompor sumbu. ”Saya ngeri membaca berita, banyak korban berjatuhan dengan api mendadak mengepung ruangan. Bayangkan, hanya dalam sekejap saja, tapi fatal sekali. Tetangga terlambat datang. Tahu-tahu korban sudah tidak sadar,” tuturnya.

Data Pusat Studi Kebijakan Publik menyebutkan, sejak 2008 hingga Juli 2010, di Indonesia terjadi sebanyak 189 kali kasus ledakan dalam pemakaian tabung elpiji rumah tangga. Rinciannya, tahun 2008 terjadi 61 kasus, turun menjadi 50 kasus pada 2009. Pertengahan tahun ini meningkat tajam, mencapai 78 kasus. (WIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com