Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jutawan dari Kerajinan Sampah Pantai

Kompas.com - 27/09/2010, 10:04 WIB

 oleh AYU SULISTYOWATI

KOMPAS.com — Banyak orang ke pantai di Pulau Dewata, ya, liburan menikmati ombak sampai menikmati terbenamnya matahari. Namun, bagi Made Sutamaya (43) tidak hanya itu. Pergi ke pantai adalah berlibur dan mencari sampah, lalu menyulapnya menjadi kerajinan tangan bernilai jutaan rupiah bagi dirinya. 

Delapan tahun lalu, Sutamaya tak sengaja memandangi tumpukan sampah itu. Banyak sekali potongan kayu hingga ranting-ranting. Menumpuk bak gunung kecil. Tiba-tiba, ia pun berpikir bagaimana agar yang terbuang itu menjadi sesuatu yang bermanfaat serta menjual.

Bahan ada, gratis, serta ramah lingkungan pula! Itu katanya sambil memandangi sampah ranting saat itu. Namun, pria kelahiran Singaraja, Bali, ini belum tahu juga bahan yang ada ini akan diolah seperti apa.

Bermodal nekat, ia pun memungut sampah kayu-kayu itu sebanyak dua kantong plastik berukuran sedang, kemudian dibawa ke rumah yang sekaligus galerinya, Kioski. Dalam waktu sehari, ia pun menemukan ide. Bapak empat anak ini pun membongkar pasang ranting-ranting hasil penemuannya di pantai itu.

”Saya menjadikan ranting- ranting ini menghiasi pinggiran kaca rias berukuran 60 cm x 100 cm. Besoknya langsung laku terjual sekitar Rp 200.000. Pembelinya orang asing yang biasa membeli mebel di toko saya ini. Bahkan, ia meminta saya membuat lagi model yang sama dan model-model lainnya,” tutur Sutamaya bersemangat.

Ini peluang! Sutamaya pun semangat mencari ide-ide untuk model barunya. Setiap hari ia pun mulai bongkar pasang dan mendesain sendiri hiasan kaca rias, hiasan dinding, sampai meja. Harganya bervariasi, mulai dari ratusan ribu rupiah sampai jutaan rupiah. Wajar, semua menggunakan tenaga tangan manusia, alias kerajinan tangan murni.

Ranting-ranting itu sama sekali tidak ada sentuhan lain, kecuali paku kecil dan sedikit perekat. ”Semua ranting tidak ada yang sengaja saya patahkan, saya membiarkannya alami. Saya hanya membutuhkan semacam konstruksi di dalamnya sebagai dasar bentuknya,” katanya.

Tentu saja proses pembuatannya rumit dan membutuhkan kecermatan. Bagaimana membentuk dan merekatkan ranting itu satu dengan lainnya agar tidak lepas perlu kelihaian tersendiri. Kalaupun menggunakan paku, hampir tidak terlihat sama sekali. Kesan alami juga muncul ketika kerajinan hiasan dinding, seperti bentuk ikan, tidak diolesi cat pelapis kayu.

Ketekunannya pun membawa hasil. Kini omzetnya sudah lebih dari Rp 100 juta per bulan. Dia juga sudah mengekspor produknya ke beberapa negara di Eropa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com