Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Naik Kelas

Kompas.com - 29/09/2010, 13:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S Alisjahbana mengungkapkan, Indonesia semenjak tahun 2009  bukan lagi negara berkembang, melainkan negara dengan pendapat menengah atau lower-middle-class country. Armida mengaku, naiknya kelas ekonomi Indonesia ini akan berpengaruh pada bentuk pinjaman luar negeri yang diterima Indonesia.

"Ya itu berpengaruh misalnya pada ODA (official development asisstant) dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Kita tidak dapat lagi yang bentuknya untuk negara miskin misalnya. Jadi, sekarang hanya melunasi yang dulu-dulu saja," ujarnya, Rabu (29/9/2010), seusai membuka Jakarta Seminar on Indonesia yang dilaksanakan JICA di Hotel Borobudur, Jakarta.

ODA merupakan salah satu bentuk pinjaman yang dikeluarkan lembaga bantuan Jepang, JICA, yang ditujukan untuk pembangunan infrastruktur. Melalui JICA, Jepang berusaha berkontribusi kepada negara-negara di dunia yang memerlukan dana untuk menciptakan kedamaian dan percepatan pembangunan.

Terkait pinjaman ODA tersebut, Indonesia memang tidak bisa lagi mengajukan bantuan dana ODA karena GDP per kapita Indonesia pada tahun 2009 sudah mencapai 2.200 dollar AS, yang termasuk dalam kategori lower middle income (976 dollar AS- 3.855 dollar AS).

Sementara itu, ODA hanya ditujukan untuk negara miskin atau low income. Oleh karena itu, lanjut Armida, jumlah pinjaman luar negeri yang ada sekarang tengah dikurangi karena dinilai lebih riskan. "Jadi, kita mulai fokuskan ke domestik karena risikonya lebih kecil dibandingkan kita pinjam ke luar negeri," ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar Indonesia tidak cepat puas diri dengan pencapaian ini. Untuk ke depan, ungkap Armida, Indonesia harus terus menggerakkan perekonomiannya agar tidak selamanya terjebak di kelas menengah bawah (lower midlle class). "Kita sudah masuk middle income. Tapi, jangan di lower terus, nanti berbagai aspek tidak akan berkembang lebih jauh. Kita harus maju," ungkapnya.

Armida menjelaskan, salah satu cara agar Indonesia tidak terjebak pada level ini adalah dengan menjalankan domestic connectivity yang mampu menggerakkan perekonomian di berbagai daerah dan menghilangkan disparitas. "Hingga kini kita masih fokus pada pengembangan infrastruktur dulu agar konsep ini bisa jalan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com