Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Penuh Ketidakpastian buat Wapres

Kompas.com - 13/11/2010, 14:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Mengenai kepastian siapa yang akan memimpin delegasi Indonesia ke pertemuan negara-negara maju dan berkembang (G-20) di Seoul, Korea Selatan, 11-12 November, dan pertemuan Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Yokohama, Jepang, 13-14 November mendatang, sempat dipenuhi ketidakpastian.

Awalnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memang direncanakan untuk berangkat. Selama ini, kedua pertemuan penting dan strategis itu selalu dihadiri kepala pemerintahan. Presiden Yudhoyono sendiri tak pernah alpa untuk hadir di acara itu sejak menjadi Presiden RI. Tentu, semua persiapan materi, protokoler, perjalanan, dan teknis persiapan sudah dilaksanakan.

Namun, karena kondisi dalam negeri yang tidak tepat, terutama akibat letusan Gunung Merapi yang menewaskan lebih dari 200 orang dan hingga kini masih belum bisa ditebak, Presiden Yudhoyono, seusai tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada Rabu (10/11/2010) pagi, pun meminta Wakil Presiden Boediono untuk mewakilinya.   

Alasannya waktu itu antara lain karena kondisi Gunung Merapi dan penanganan bencana harus langsung dikomandoi Presiden. Wajarlah kalau Presiden merasa tidak nyaman jika harus meninggalkan Tanah Air di tengah kondisi itu. Selain itu, rencana induk rehabilitasi dan rekonstruksi Kepulauan Mentawai pascabencana tsunami serta rencana induk rehabilitasi dan rekonstruksi Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat pascabanjir, hingga kini belum diselesaikan juga.   

Tim pendahulu sudah berangkat

Sebagai orang kedua, tentu Wapres pun siap menjalankannya. Untungnya, dua hari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah mengantisipasinya, yaitu dengan memberikan paparan agenda dan program kegiatan di kedua negara itu kepada Wapres, Senin (8/11/2010), bilamana Wapres harus menggantikannya.

Antisipasi itu dilakukan mengingat hingga tiga hari sebelum hari H, yaitu Rabu sore lalu, Presiden belum memberikan kepastian. Rencana keberangkatan Presiden dijadwalkan Rabu sore. Waktu itu, keberangkatan menuju Seoul dan Yokohama sangat berhimpitan dengan rencana kepulangan Presiden AS Barack Husein Obama yang berkunjung ke Jakarta dan juga akan langsung menuju Seoul untuk menghadiri G-20. Presiden dijadwalkan berangkat tak lama setelah Presiden Obama terbang.

Segala persiapan pun dilakukan staf Wapres, mulai dari mempersiapkan anggota rombongan termasuk pers, sampai memberangkatan tim advance (tim pendahulu) untuk mendahului kedatangan Wapres di Seoul. Rabu malam, tim pendahulu disebut-sebut sudah berada di Kuala Lumpur, Malaysia, tengah menunggu penerbangan berikutnya menuju Seoul. Visa untuk masuk ke Tokyo, Jepang, pun, baru selesai diurus ngebut oleh staf perjalanan Wapres, Rabu malam itu.

Bahkan, anggota rombongan lainnya, mulai dari staf, deputi, sampai Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), juga Ibu Herawati Boediono, sudah bersiap-siap meski mereka tidak bersiaga di Terminal II Keberangkatan di Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, seperti pers yang sudah tiba sejak pukul 20.00 WIB.

Namun, sebelumnya, menjelang malam, Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat tiba-tiba tidak berani memastikan keberangkatan Wapres. Dalam pesan layanan singkat (SMS)-nya kepada pers yang sebelumnya diminta bersiaga di Terminal II di Bandara Soetta, Yopie mengaku hingga saat ini belum ada pengumuman resmi.

"Jadi, saya hanya bisa menyampaikan bahwa Wapres masih berkoordinasi dengan Presiden tentang penanganan bencana di Kantor Presiden. Tentang siapa yang akan memimpin delegasi Indonesia, silakan teman-teman menghubungi Kantor Presiden," pesannya.

Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha yang dikontak pada Rabu malam menyatakan dengan berbisik, Presiden masih rapat dengan Wapres soal penanganan bencana. Belum tahu siapa yang akan berangkat ke Seoul dan Jepang. Tunggu saja hasil rapat. Kalau teman-teman di Wapres diminta standby (siap-siap), ikuti saja.

Seorang pembantu Presiden, yang wanti-wanti minta tak disebut namanya, mengaku ada beberapa opsi yang akan diputuskan malam itu. "Opsi pertama, kalau Gunung Merapi membaik dan penanganan bencana bisa diatasi Wapres dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), maka yang berangkat adalah Presiden. Akan tetapi, opsi kedua, kalau kondisinya memburuk, Wapres yang akan berangkat malam ini. Opsi ketiga, Presiden tetap berangkat, akan tetapi pulang lagi dan diganti Wapres," paparnya.

Kebimbangan dan kegelisahan menyergap sekitar 65 anggota rombongan Wapres malam itu. Pada pukul 21.30 WIB, Kepala Biro Pers Media Massa Is Budi yang menemui pers di Terminal II Bandara Soetta menyampaikan keberangkatan malam itu batal. Namun, ia tak berani merinci alasannya.

Melalui telepon, Yopie memberi penjelasan. Malam ini Wapres batal berangkat. Presiden akan melihat kondisi Gunung Merapi lebih dulu hingga Kamis (11/10/2010) pagi. Setelah itu, Presiden baru akan memutuskan. "Rapat malam ini Presiden mendengar langsung penjelasan melalui video conference dengan pakar vulkanologi di Yogyakarta," ujar Yopie.

Pers akhirnya pulang satu demi satu. Di jalan, Yopie menghubungi mereka dan meminta maaf. Tim pendahulu Wapres juga diperintahkan pulang langsung ke Jakarta. Kegalauan dirasakan hampir semua anggota rombongan.

Kepastian itu?

Kamis dini hari pukul 03.50, SMS Biro Pers Rumah Tangga Kepresidenan menunjukkan bahwa Presiden Yudhoyono akan memberikan jumpa pers pukul 09.00 WIB di Istana Negara sebelum pengukuhan gelar pahlawan. Selanjutnya, pukul 12.00, Presiden take off ke G-20 dan APEC.

Saat memberikan keterangan pers, Presiden berkata, "Semula kalau situasinya memburuk, saya berencana untuk tidak hadir dalam kedua pertemuan puncak itu meskipun kita memiliki kepentingan bagi perkembangannya. Namun, karena situasi Merapi sudah agak membaik, maka atas urgensi dari pertemuan puncak G-20 dan pertemuan puncak APEC termasuk kepentingan Indonesia, saya memutuskan untuk hadir satu hari untuk pertemuan puncak G-20 dan satu hari di pertemuan puncak APEC. G-20 sudah dimulai hari itu hingga Jumat ini," kata Presiden.

Setengah jam lebih maju dari jadwal semula, Presiden dengan pesawat Kepresidenan A330-300 akhirnya lepas landas dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma menuju Korea Selatan dan Jepang. Keberangkatan Presiden Yudhoyono itu pun mengakhiri kesimpangsiuran siapa yang akhirnya berangkat memimpin delegasi Indonesia.   

Dalam keterangan pers itu, Presiden masih mengatakan, setelah selesai pertemuan G-20, ia akan langsung menuju Yokohama untuk menghadiri hari pertama pertemuan APEC. Pemerintah Jepang sangat berharap Indonesia bisa hadir paling tidak pada sesi-sesi awal, yaitu 13 November. "Itu karena Pemerintah Jepang tahu bahwa saya juga masih harus memastikan penanganan Gunung Merapi berjalan dengan baik," papar Presiden.

Selanjutnya, Presiden berjanji, tanggal 13 November sore, dia akan kembali ke Tanah Air dan posisinya akan digantikan Wapres Boediono. "Meskipun fungsi atau sistem telah bekerja di Yogyakarta dan di Jawa Tengah, BNPB juga telah berfungsi, bagaimana pun saya tak boleh meninggalkan Tanah Air terlalu lama dalam keadaan seperti ini. Wapres akan menggantikan saya," kata Presiden.  

Selain menggantikannya di APEC, Presiden juga menugaskan Wapres melanjutkan kunjungannya ke Jepang membahas kerja sama ekonomi dengan Pemerintah Jepang.

Wapres dijadwalkan pada Sabtu malam ini pukul 23.40 WIB berangkat ke Jepang. Presiden dijadwalkan baru akan meninggalkan Bandar Udara Haneda, Jepang, pukul 17.30 waktu setempat dan mendarat di Jakarta pukul 22.30 WIB.

Benarkah Wapres akhirnya berangkat? Belum ada yang bisa memastikan.

Presiden dan Wapres punya pengalaman soal pembatalan keberangkatan kunjungan ke luar negeri. Presiden membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Belanda, awal Oktober lalu, karena adanya gugatan hukum di pengadilan Belanda. Wapres juga urung berangkat ke Iran dan menjalankan ibadah umroh hanya dua hari sebelum keberangkatan karena adanya permintaan pembatalan dari Presiden. Padahal, seluruh rombongan, termasuk Wapres, sudah mendapatkan suntikan virus anti-meningitis.   

Komitmen Presiden Yudhoyono memang patut diacungi jempol. Tak cuma mengutamakan urusan dalam negeri, tetapi juga kepeduliannya menjaga lobi politik internasionalnya, apalagi di negara-negara sekawasan. Sekali lagi, apakah Wapres akan benar-benar berangkat menggantikan Presiden ke APEC? Seperti bunyi tokek, Presiden, Wapres, Presiden. Eh, Wapres lagi? (Suhartono)  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com