Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Cabai Rawit hingga Pelosok

Kompas.com - 23/11/2010, 09:09 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com - Para pedagang di Provinsi Bengkulu berburu cabai rawit sampai ke pedesaan guna memenuhi permintaan dari luar Bengkulu dalam jumlah cukup besar, karena harga cabai rawit masih relatif murah.
     
Menurut salah seorang pedagang cabai rawit di Bengkulu, Asikin, Selasa, cabai rawit yang sebagian besar untuk memenuhi permintaan pedagang besar dari Lampung, Palembang dan bahkan Jakarta itu, akan dijual dengan harga cukup tinggi,
     
Ia memberikan contoh, saat ini harga cabai rawit di tingkat pedagang pengecer di Kota Bengkulu naik tajam menjadi Rp 30.000 dari sebelumnya Rp 24.000 per kilogram.
     
"Kalau membeli dari pedagang pengumpul di Kota Bengkulu harganya sudah tinggi, namun pada tingkat pedagang pengumpul di pedesaan harganya masih lebih murah," katanya.
    
Harga cabai rawit pada tingkat pedagang besar di Kota Bengkulu saat ini rata-rata di atas Rp 27.000 perkilogram, sedangkan di pedagang pedesaan masih di bawah Rp 20.000 per kilogram.
    
Cabai rawit itu dipasok dari petani pekebun kopi, karena cabai itu biasanya tumbuh secara alami dan pohonnya menjadi rumput bersama semak belukar. Biasanya petani pedesaan menjual cabai rawit itu dengan harga tidak terlalu tinggi akibat petani belum mengetahui bahwa harga secara umum sudah naik tinggi.
    
Di samping itu, katanya, petani tidak betah menunggu menjual secara eceran, karena mereka begegas pulang ke tempatnya masing-masing atau lokasi kebunnya cukup jauh dari pasar.
    
Sentra produksi cabai rawit itu biasanya pada wilayah perkebunan rakyat, karena sebagian besar pohon cabai rawit tumbuh secara alami dipelihara untuk dipetik buahnya.
    
Berbeda dengan kawasan perkebunan besar seluruh rumput termasuk pohon cabai dibabat habis dengan menggunakan racun roundap, agar sekitar tanaman bisa bersih dari rerumputan liar, ujarnya.
    
Seorang pedagang pengumpul cabai rawit di Kabupaten Kepahiang Andum mengatakan, cabai rawit itu dipasok dari petani pedesaan karena tumbuhnya cukup banyak bersama rumput liar.
    
Para petani jarang sekali menanam cabai rawit secara khusus seperti cabai merah keriting, karena tumbuhnya di sembarang tempat akibat disebarkan oleh burung pemakan cabai rawit tersebut.
    
Biasanya pohon cabai itu banyak tumbuh di areal perkebunan kopi rakyat atau bekas ladang berpindah, karena lokasinya sangat subur secara alami. "Permintaan cabai rawit dua pekan terakhir cukup tinggi dan mengalahkan harga cabai merah keriting yang menjadi kebutuhan sebagai pelengkap makanan sehari-hari masyarakat selama ini," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com