Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Yakin Konsumen BBM Tak Lari

Kompas.com - 06/12/2010, 15:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah yakin, rencana pembatasan bahan bakar minyak atau BBM subsidi tak lantas menarik konsumen lari ke BBM komersial yang saat ini harganya jauh lebih murah dibandingkan penjualan BBM oleh Pertamina.

"Tapi, saya kira infrastruktur dan fasilitas Pertamina sudah jauh lebih tinggi dibandingkan Shell, Petronas, dan lain-lain," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar, akhir pekan lalu.

Menurutnya, pemerintah yakin porsi BBM yang dijual masih akan lebih besar mengingat Pertamina yang merupakan salah satu distributor BBM yang memiliki infrastruktur lebih banyak. "Jadi tidak perlu khawatir tentang itu, saya yakin Pertamina akan jauh lebih kompetitif karena infrastruktur dan fasilitas yang sudah kita punyai sebelumnya," terangnya.

Sementara pengamat ekonomi Ahmad Erani Yustikan menilai, dengan rencana pembatasan BBM subsidi ini juga menjadi tantangan bagi Pertamina untuk makin efisien. "Jika tidak mampu, maka dia pasti akan dilibas oleh hukum pasar. Jadi, semuanya terpulang ke Pertamina sendiri karena saat ini persaingan tidak mungkin lagi ditutup," ujarnya.

Bagi konsumen, kata Erani, mereka tentu mengharapkan Pertamina akan semakin kuat dan efisien. Namun, "Selebihnya konsumen akan membeli produk yang murah dan bagus, tidak peduli perusahaan itu milik siapa. Di sini, tata kelola Pertamina perlu dirombak, bisa meniru langkah Mandiri atau Garuda," jelasnya.

Sementara dampak pembatasan BBM subsidi terhadap pendapatan Pertamina, Mustafa menuturkan, sejauh ini pihaknya pun belum mengetahui seberapa besar dampak pembatasan BBM bersubsidi terhadap pendapatan Pertamina. "Laporan masih ada di deputi, saya belum mendapat laporannya," katanya.

Sekadar catatan, Pemerintah rencananya akan menerapkan pembatasan BBM bersubsidi mulai 1 Januari 2011 dengan konsentrasi pembatasan untuk wilayah Jawa-Bali. Berdasarkan wilayah, Jawa dan Bali selama ini merupakan konsumen premium terbesar di Indonesia yang mencapai 60 persen. Rencananya, untuk wilayah yang belum memiliki infrastruktur pertamax, Pertamina akan menjual premium dengan harga nonsubsidi. (Kontan/Irma Yani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com