Saham yang ditawarkan kepada publik sebanyak 355 juta lembar saham, dengan kisaran harga Rp 650-Rp 850. Keputusan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) ini disampaikan jajaran direksi Grup Martha Tilaar di Jakarta, Rabu (8/12).
Direktur Utama PT Martina Berto Tbk Bryan David Emil memaparkan, dana hasil IPO akan digunakan untuk membangun pabrik baru, termasuk penambahan kapasitas dan modernisasi mesin di Cikarang sebesar 50 persen atau Rp 135 miliar.
Sebesar 20 persen atau Rp 54 miliar digunakan untuk membayar utang di bank. Hingga Desember 2010, utang perseroan ini mencapai Rp 57,47 miliar.
Adapun sisa utang Rp 3,47 miliar akan dibayar dengan dana internal perseroan ini. Bryan mengatakan, dana sebesar 30 persen atau Rp 81 miliar akan digunakan untuk modal kerja.
Dana modal kerja antara lain akan dipakai untuk renovasi gudang dan bangunan serta pengembangan Martha Tilaar Shop.
Direktur keuangan perseroan ini, Handiwidjaja, mengatakan, ”Dengan IPO ini, kami mengharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan sampai dengan 20 persen.”
Penawaran umum perdana saham perseroan ini diharapkan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 13 Januari 2011. Perseroan ini menunjuk PT Trimegah Securities Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi.
Komisaris Utama Martha Tilaar mengatakan, ”Lebih kurang sepuluh tahun lalu, kami mempertimbangkan perusahaan ini untuk bisa dimiliki publik. Saya ingin banyak orang, terutama orang Indonesia, mempunyai rasa memiliki dan berkomitmen mengharumkan nama Indonesia dengan memperkenalkan produk Indonesia di pasar global.”
Martha mengakui, PT Martina Berto tidak ingin hanya menjadi ”nyonya rumah” di Indonesia, tetapi juga ingin mengambil kesempatan untuk menjadi pemain di pasar global. Ini penting mengingat Indonesia akan memasuki masa perdagangan bebas tahun 2015, yang merupakan tanggung jawab seluruh bangsa.
Menurut Martha, IPO bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan langkah awal untuk menuju tujuan akhir untuk go global. Menggali kekayaan alam haruslah diikuti pelestariannya.
Bryan menjelaskan, perseroan yang berdiri tahun 1970 ini telah melakukan inovasi untuk menciptakan berbagai produk kosmetik dan obat-obatan.
Menurut Bryan, sejak tahun 2007 utilisasi produksi terus meningkat. Tahun 2008-2010, utilisasi produksi sudah melampaui 100 persen sehingga membutuhkan peningkatan fasilitas melalui pembangunan pabrik.