Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Madu" atau "Racun" Cadangan Devisa

Kompas.com - 24/12/2010, 05:50 WIB

Istilah ”madu atau racun” bukan sebatas syair lagu pop. Di antara ekonom dan praktisi yang terlibat dalam Diskusi Panel Akhir Tahun Ahli Ekonomi Kompas, awal Desember 2010, istilah ”madu dan racun” juga muncul, terutama dalam topik banjir arus modal asing ke negeri ini.

Cadangan devisa Indonesia melonjak signifikan, mencapai 92 miliar dollar AS per akhir Oktober 2010. Naik 39 persen dalam 10 bulan dari 66 miliar dollar pada akhir 2009. ”Belum pernah terjadi kenaikan seperti ini,” ujar seorang panelis. Pertanyannya, cadangan devisa tersebut apakah lebih banyak ”madu” atau ”racun” bagi negeri ini.

Cadangan devisa ini bisa merupakan ”madu” ketika berasal dari remitansi tenaga kerja Indonesia. Jumlahnya dari Januari-September 2010 mencapai 5,031 miliar dollar atau sekitar Rp 45 triliun, naik 2,44 persen dari periode sama tahun 2009.

Begitu juga sumbangan dari turisme. Jumlah mereka diperkirakan mencapai 7 juta orang pada tahun ini, naik dari 6,3 juta orang tahun lalu. Neraca perdagangan dan jasa juga masih surplus 5 miliar dollar per September 2010. Ini juga ”madu” karena hasil keringat sendiri.

Gugatan soal ”racun” muncul berkaitan dengan lalu lintas uang masuk dan keluar. Tahun 2008, lebih banyak uang keluar daripada yang masuk. Tahun 2009, uang masuk lebih banyak sehingga positif 3,5 miliar dollar AS. Pada sembilan bulan pertama tahun 2010 sudah 15 miliar dollar AS.

”Nah, ini racun jenis apa, jinak atau berbahaya,” ujar panelis lain. Investasi asing langsung (FDI) bersifat jangka panjang jelas ”madu”, sedangkan investasi portofolio bisa saja ”racun” yang belum jelas kadar bahayanya.

Meski begitu, hal yang cukup melegakan, jika tahun 2009 perbandingan antara ”madu” dan ”racun” satu berbanding lima, maka tahun 2010 hanya satu ”madu” berbanding dua ”racun”. Meski proporsi itu menggembirakan, tetapi masih kalah dari Vietnam yang investasi asing langsung 9 miliar dollar AS, sementara Indonesia hanya 6,5 miliar dollar (neto).

Arus modal asing yang bisa menjadi ”racun” adalah yang masuk ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka pendek. Namun, dalam empat bulan ini ada peningkatan investor asing membeli Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Negara (SBN).

Seorang panelis menyebutkan, dalam 10 bulan pertama tahun 2010, obligasi pemerintah berupa SUN dan SBN mencapai 9,4 miliar dollar. Hanya 3,2 miliar dollar masuk ke SBI. Sekitar 70 persen dari dana asing juga masuk ke bursa saham, sampai Oktober lalu besarnya 12 miliar-15 miliar dollar AS.

Sekalipun hampir 70 persen dana asing masuk ke bursa saham, tetapi cukup banyak asing yang masuk sebagai investor strategis. Lebih banyak dana tersebut ditanam untuk jangka waktu 2-5 tahun daripada yang ditanam untuk jangka waktu di bawah dua tahun. Salah satunya adalah Philip Morris yang mengambil alih Sampoerna.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com