Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MLPL Pertimbangkan Lepas Saham Matahari

Kompas.com - 17/01/2011, 09:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah memutuskan tidak melego seluruh kepemilikannya di Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) tetap membuka kesempatan bagi calon investor untuk masuk Hypermart melalui kerja sama strategis.

Kabar yang terbaru, sejumlah investor mulai mendekati PT Multipolar Tbk (MLPL), pengendali MPPA. Mereka mengajukan proposal kerja sama dengan MPPA untuk mengembangkan Hypermart. MLPL sudah menunjuk Merrill Lynch (Singapore) Pte Ltd untuk mengkaji isi proposal para peritel global itu.

Apakah proposal itu berarti MLPL akan melepas kepemilikannya di MPPA? Ini yang belum jelas. "Manajemen dalam mengambil keputusan akan mengedepankan kepentingan seluruh pemegang saham dan peningkatan nilai perusahaan," ujar Harijono Suwarno, Managing Director MLPL, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/1/2011).

Manajemen MLPL juga belum bersedia membeberkan identitas perusahaan ritel yang mengajukan proposal kerja sama. Sekretaris Perusahaan MLPL Chrysologus RN Sinulingga menyatakan, penjelasan secara mendetail baru diumumkan setelah kajian Merrill Lynch tuntas.

Empat peritel dunia

MPPA pernah menyatakan ada empat peritel kelas dunia yang mengincar Hypermart. Namun, manajemen MPPA hanya membuka identitas satu calon investor, Lotte Shopping Co Ltd (Lotte) dari Korea Selatan.

Berdasar penelusuran Kontan, tiga peritel asing yang juga berminat adalah Shinsigae Co dari Korea Selatan, peritel AS Wal-Mart Stores Inc, dan Casino asal Perancis. Keempat investor itu menginginkan menjadi pengendali Hypermart.

Merrill Lynch telah menyarankan ke MPPA untuk mempertahankan Hypermart dan melepas kepemilikannya di unit usaha yang tidak termasuk divisi bisnis makanan. Saran itu bisa dibilang jalan tengah antara permintaan calon investor Hypermart dengan keputusan MPPA mempertahankan saham Hypermart.

Analis Indosurya Securities Reza Priyambada menyayangkan jika MLPL harus melepas kepemilikannya di MPPA, yang merupakan sumber pendapatan utamanya. "Kecuali, pemodal asing itu hanya investor strategis, bukan pengendali," tutur dia.

Mengacu laporan keuangan MLPL per kuartal III-2010, pendapatan dari sektor eceran dan distribusi menyumbang 93,6 persen total pendapatan konsolidasi atau sekitar Rp 6,51 triliun. Sisanya berasal dari pendapatan teknologi informasi serta administrasi saham dan jasa lainnya. Sebagai catatan, mayoritas pendapatan dari sektor itu disumbangkan MPPA. Di sisi lain, 87,4 persen pendapatan MPPA berasal dari unit bisnis Hypermart.

Jika bisnis inti ini dilepas, pendapatan MLPL otomatis akan menyusut drastis. Itu sebabnya Reza menyarankan MLPL tidak melego mayoritas kepemilikannya di MPPA.

Reza merekomendasikan tahan saham MLPL hingga ada informasi detail tentang penjualan MPPA. Ia memproyeksikan harga MLPL dalam jangka pendek Rp 330 per saham. Harga MLPL pada penutupan Jumat (14/1/2011) adalah Rp 315 per saham, naik 1,61 persen dari harganya di hari sebelumnya. (Amailia Putri Hasniawati/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com