Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merpati Kontrak di Bekas Gedung Sendiri

Kompas.com - 10/02/2011, 04:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sungguh ironis nasib PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). Maskapai yang dulu memiliki gedung megah itu kini hanya bisa mengontrak di bekas gedung sendiri. Karyawan maskapai ini juga diberi tenggat waktu hingga 2012 untuk berkantor di gedung tersebut.

Ketua Umum Serikat Karyawan (Sekar) Merpati Purwanto mengatakan, proses penjualan gedung yang dilakukan oleh manajemen pada 2009 menjadi keprihatinan karyawan.

"Karyawan sangat prihatin dengan upaya protes penjualan gedung yang diabaikan oleh manajemen serta pemegang saham pada tahun 2009. Sangat ironis saat ini jadi pengontrak pada pemilik gedung yang baru," kata Purwanto di Jakarta, Rabu (9/2/2011).

Purwanto menyebutkan, Gedung Merpati di Jl Angkasa, Jakarta, tersebut dijual ke Badan SAR Nasional pada akhir 2009 senilai Rp 180 miliar.

Penjualan dilakukan setelah manajemen memutuskan akan memindahkan kantor pusat ke Makassar. Namun hingga kini, proses pemindahan kantor tidak juga dilakukan sehingga Merpati harus menyewa beberapa lantai di bangunan yang kini menjadi Gedung Basarnas itu. "Karyawan yang dikasih tenggat waktu oleh Basarnas sampai 2012," ujarnya.

Disebutkan, untuk menyewa gedung bertingkat 16 tersebut, Merpati harus mengeluarkan dana untuk surcharge sebesar Rp 42.000 per meter per bulan. Merpati saat ini menyewa beberapa lantai seluas 5.600 meter persegi sehingga harus mengeluarkan dana sekitar Rp 235,2 juta per bulan.

Dalam setahun, ia menjelaskan bahwa maskapai mengeluarkan dana hampir Rp 3 miliar untuk sewa gedung saja, belum biaya lainnya. Disebutkan juga, karyawan Merpati yang setelah proses golden shake hand atau rasionalisasi berjumlah 1.300 orang kini mulai mekar lagi menjadi sekitar 2.000 orang, termasuk sekitar 600 tenaga outsource yang melakukan kegiatannya di gedung itu.

Purwanto mengkhawatirkan nasib para karyawan saat tenggat waktu habis dan Merpati tidak bisa menempati gedung itu. Karenanya, selaku Ketua Umum Sekar Merpati, Purwanto meminta kepada pemerintah untuk menyediakan gedung baru, baik secara tunai maupun leasing.

Sementara itu, juru bicara Merpati, Sukandi, mengatakan, saat ini manajemen memang sedang mencari gedung sendiri untuk ditempati bagi para karyawan Merpati.

"Sekarang gedung itu bukan menjadi milik Merpati lagi. Yang namanya numpang, ya kami harus mencari tempat lain untuk pindah. Sekarang kami sedang mencari tempat yang cocok, baik lokasi maupun harganya," urai Sukandi.

Sukandi juga mengatakan, rencana pindah ke Makassar saat ini masih belum diputuskan karena dananya dianggap terlalu besar. (Hendra Gunawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com