Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WNI Arab Saudi Pulang

Kompas.com - 14/02/2011, 04:25 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah akhirnya memulangkan 566 warga negara Indonesia, termasuk tenaga kerja Indonesia bermasalah dan anak-anak, yang mendapat izin keluar dari Arab Saudi dalam dua tahap. Gelombang pertama dijadwalkan tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin siang ini. Gelombang kedua menyusul hari Selasa besok.

Demikian disampaikan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Mohammad Jumhur Hidayat, Sabtu (12/2).

Jumhur bersama pejabat sektoral, antara lain Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Luar Negeri, serta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan menyambut pemulangan pertama 241 TKI yang membawa 27 anak- anak dan 38 bayi.

”Mereka yang dipulangkan semuanya 566 orang, pada umumnya TKI, menggunakan pesawat Garuda dalam dua gelombang, yaitu Senin siang sebanyak 306 orang akan tiba di Terminal II Bandara Soekarno-Hatta pukul 12.40 WIB. Kemudian 260 orang lagi tiba pada Selasa siang,” ujar Jumhur.

Arab Saudi merupakan negara tujuan penempatan TKI terbesar kedua setelah Malaysia. Sedikitnya, satu juta TKI berada di Arab Saudi. Sebagian besar TKI bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang rentan dieksploi- tasi.

Jumhur mengatakan, pemerintah menanggung sepenuhnya biaya pemulangan TKI dari Jeddah, Arab Saudi, sampai ke kampung halaman mereka. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Tatang B Razak menjemput mereka di Jeddah.

Ratusan TKI bermasalah sempat tinggal di penampungan Konsulat Jenderal RI dan jembatan Al-Kandarah, Jeddah, karena belum mendapatkan izin keluar dari Pemerintah Arab Saudi. TKI mutlak memiliki izin ini untuk menjamin semua hak telah terpenuhi dan dia tidak memiliki utang apa pun kepada majikan.

Beberapa waktu lalu Tatang B Razak bersama delegasi RI berada di Jeddah untuk mengadakan pembicaraan bilateral guna mempercepat pemulangan WNI bermasalah. Sejak akhir Januari 2011, Pemerintah Arab Saudi memindahkan WNI dari kolong jembatan ke tarhil (kantor penampungan milik imigrasi) untuk pemrosesan izin keluar dan pembebasan denda.

Sebanyak 566 WNI bermasalah tersebut telah mendapat izin keluar dan bisa pulang. WNI yang terlibat perkara kriminal belum mendapatkan izin keluar sehingga belum bisa pulang. ”Pemerintah Arab Saudi menerapkan denda 1.200 riyal bagi setiap pelanggar aturan keimigrasian. Saat ini tidak ada lagi WNI yang mendiami kolong jembatan,” ujar Jumhur.

Jumlah WNI yang berdiam di kolong jembatan Al-Kandarah terus meningkat sejak Pemerintah Arab Saudi menghentikan deportasi gratis tahun 2009. Pemerintah setempat menyerahkan tanggung jawab pemulangan warga negara asing yang melanggar izin keimigrasian kepada pemerintah negara asal.

Hal itu membuat organisasi buruh migran, Migrant Care, terus menuntut pemerintah agar memulangkan TKI yang telantar di kolong jembatan Al-Kandarah, Jeddah, sejak Agustus 2009.

Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah meminta pemerintah membuat kebijakan yang lebih komprehensif untuk melindungi TKI bermasalah di Arab Saudi. Pemulangan TKI saat ini tidak menjamin jembatan Al-Kandarah akan bersih dari TKI bermasalah. (HAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com