Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Rp 8.700 Per Dollar AS Masih Aman

Kompas.com - 03/03/2011, 03:44 WIB

Jakarta, Kompas - Nilai tukar rupiah masih akan tetap memberikan kenyamanan kepada pelaku usaha jika terus menguat ke level Rp 8.700 per dollar AS. Nilai tukar sebesar itu akan mendorong inflasi tahun 2011 ke level 5,51 persen atau mendekati pagu yang ditetapkan dalam APBN 2011, yakni 5,3 persen.

”Pada nilai tukar Rp 8.721 per dollar AS, inflasi tahun 2011 dapat ditekan ke level 5,51 persen. Namun, dengan nilai tukar Rp 9.000 per dollar AS, maka inflasi akan ada di level 5,86 persen. Dengan nilai tukar Rp 8.721 per dollar AS, pertumbuhan ekonomi dapat diarahkan ke level 6,41 persen,” kata Ekonom Anggito Abimanyu di Jakarta, Rabu (2/3).

Nilai tukar rupiah versi Bank Indonesia (BI) per 2 Maret 2011 ditetapkan Rp 8.868 per dollar AS (jual) dan Rp 8.780 per dollar AS (beli). Laju inflasi ikut menentukan nilai tukar.

Negara yang inflasinya relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain, mata uangnya akan cenderung melemah (relative inflation rate). Hal ini terkait aspek paritas daya beli (purchasing power parity). Saat harga produk dalam negeri meningkat, maka masyarakat akan cenderung mencari alternatif tawaran dari negara lain yang lebih murah.

Cadangan devisa

Secara terpisah, Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) sekaligus Gubernur BI Darmin Nasution mengungkapkan, cadangan devisa Indonesia telah menembus 100 miliar dollar AS. Nilai itu merupakan pencapaian yang pertama kali. Sebelumnya, BI memperkirakan cadangan devisa pada akhir tahun dapat mencapai 110 miliar-120 miliar dollar AS.

Menurut Darmin, kondisi perekonomian stabil, antara lain terlihat pada sektor keuangan. Hal itu ditandai berjalannya kebijakan giro wajib minimum (GWM) perbankan nasional pada Maret 2011 serta tingkat inflasi year on year (tahunan) yang mencapai 6,8 persen.

Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi ke depan tidak bisa hanya mengandalkan konsumsi, tetapi ekspor dan investasi. Meskipun demikian, perekonomian nasional sudah menjanjikan dan bahkan menjadi penentu pemulihan ekonomi dunia dalam krisis keuangan global.

Sementara itu, Wakil Presiden Boediono dalam seminar ekonomi yang diselenggarakan Creco Research Institute, Selasa (1/3) di Jakarta, menegaskan, meski perekonomian saat ini tengah sehat, Indonesia tetap harus waspada.

Hal itu terutama mewaspadai kemungkinan adanya letupan-letupan krisis sebagai dampak lingkungan yang tidak sehat. ”Oleh karena itu, peningkatan ketahanan ekonomi mutlak diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan guncangan ekonomi yang lebih besar,” ujar Wapres Boediono. (OIN/WHY)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com