Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Rupiah Sudah Terlalu Kuat?

Kompas.com - 09/03/2011, 08:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Penguatan nilai tukar rupiah secara umum akan menguntungkan emiten-emiten di pasar modal, khususnya yang banyak komponen impornya ataupun penghasilannya dalam bentuk dollar AS, sekaligus menambah daya tarik investor asing.

”Faktor imbal hasil menjadi pertimbangan utama. Jika rupiah melemah akan membuat investor asing takut. Mereka mungkin untung di saham, tetapi tidak di nilai tukar karena mereka harus menukarkan hasil perdagangan saham ke dollar AS lagi,” kata pengamat pasar modal, Farial Anwar, di Jakarta, Selasa (8/3/2011).

Pada perdagangan Selasa kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 18,597 poin (0,52 persen) ke level 3.580,314 karena terdorong penguatan bursa-bursa regional. Saham-saham bank yang sehari sebelumnya menguat tinggi menjadi sektor yang melemah bersama dengan sektor infrastruktur, akibat aksi ambil untung investor.

Aksi beli oleh investor asing lebih tinggi dibanding aksi jual. Aksi beli mencapai Rp 1,157 triliun sementara aksi jual mencapai Rp 1,132 triliun.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito menyatakan, sejauh ini tidak ada dampak serius terkait aksi ambil untung investor asing dalam pasar saham Indonesia.

Ia mengungkapkan, dana investor asing yang keluar melalui perdagangan saham sejak awal tahun hingga akhir Februari adalah Rp 1,3 triliun. Kondisi itu di luar dana yang masuk melalui proses penawaran saham perdana kepada publik (IPO).

”Jumlah itu hanya profit taking yang dilakukan investor karena tahun lalu dana asing yang masuk melalui perdagangan saham kami mencapai Rp 21 triliun. Itu belum menghitung keuntungan yang diperoleh investor asing selama 2010 karena indeks kami naik sekitar 46,1 persen,” kata Ito.

Kepala Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa berpendapat, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sudah terlalu kuat. ”Idealnya pada level Rp 9.000 sampai Rp 9.500 per dollar AS,” kata Yudhi menambahkan.

Su Sian Lim, ekonom regional The Royal Bank of Scotland (RBS), justru mengingatkan agar mewaspadai risiko jangka pendek nilai tukar rupiah. Terhitung sejak dinaikkannya BI Rate sebesar 25 basis poin pada 4 Februari 2011, rupiah telah menguat lebih dari 2 persen dibandingkan dollar AS.

Perkiraan RBS, sepanjang tahun 2011, rupiah akan menguat dari Rp 8.950 per dollar AS pada kuartal I menjadi Rp 8.800 per dollar AS pada kuartal IV. ”Kami percaya kenaikan tingkat suku bunga sebesar 75 basis poin selama tiga bulan ke depan diperlukan untuk menghadapi kenaikan harga dan menjaga rupiah,” katanya. (BEN/IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com