Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Batubara Tidak Terganggu

Kompas.com - 14/03/2011, 16:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekspor batubara Indonesia ke Jepang diperkirakan tidak akan terganggu pasca bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang. Hal ini disebabkan batubara justru menjadi pengganti energi sebagai dampak tidak beroperasinya sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN di negara tersebut.  

 

Demikian disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia Irwandy Arif, dalam jumpa pers menjelang pelaksanaan Konferensi Batubara Indonesia ke-3, Senin (14/3/2011), di Jakarta.  

 

"Saat ini kebutuhan impor batubara Jepang mencapai 132 juta ton per tahun. Dengan matinya beberapa pembangkit nulir, permintaan batubara untuk Jepang dan Eropa diperkirakan tetap konstan. Tidak akan terjadi penurunan drastis permintaan batubara dari Jepang," kata Irwandy.

 

Sementara itu Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Supriatna Suhala menyatakan volume ekspor batubara Indonesia ke Jepang relatif besar dibandingkan beberapa negara lainnya. Selama ini batubara digunakan sebagai bahan bakar untuk sebagian pembangkit listrik di Jepang.  

 

"Dilihat dari segi keekonomian, biaya listrik paling murah berasal dari pembangkit listrik tenaga air, kemudian pembangkit listrik tenaga nuklir," Supriatna. Karena sejumlah pembangkit nuklir berhenti beroperasi akibat gempa dan tsunami di negara itu baru-baru ini, maka kemungkinan alternatif energi yang dipakai adalah batubara.

 

Untuk beralih ke batubara, lanjut Supriatna, Jepang tidak membutuhkan waktu lama. Sebab sebenarnya sekarang sudah ada pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap berbasis batubara. "Namun, karena bia ya produksi listrik lebih mahal dibandingkan pembangkit nuklir, maka tidak semua mesin pembangkitan berbasis batubara diaktifkan. Jadi, tinggal mengaktifkan mesin pembangkit yang ada," ujarnya.     

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Whats New
    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Earn Smart
    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Earn Smart
    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Whats New
    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Whats New
    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    Spend Smart
    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Whats New
    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Whats New
    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Whats New
    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    Work Smart
    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Whats New
    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Whats New
    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Whats New
    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com