Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biayanya Setara Beasiswa bagi Ribuan Siswa Miskin

Kompas.com - 24/03/2011, 03:38 WIB

Jakarta, Kompas - Studi banding anggota Dewan Perwakilan Rakyat ke luar negeri dinilai hanya menghamburkan uang dan tak menghasilkan apa pun karena dilakukan justru saat rancangan undang-undang sudah hampir disahkan. Selain itu, biaya studi banding sebenarnya dapat dialokasikan untuk hal lain yang bermanfaat. Anggaran studi banding anggota DPR ke luar negeri tahun 2011 nilainya setara dengan 2.301 beasiswa bagi anak keluarga miskin untuk menempuh pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Koordinator Advokasi dan Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi mengatakan, tahun 2011 DPR mengalokasikan anggaran studi banding ke luar negeri sebesar Rp 105,924 miliar lebih. Pagu beasiswa untuk anak keluarga miskin dari jenjang SD hingga perguruan tinggi tahun ini hanya Rp 46,038 juta per orang.

”Kalau anggota DPR tidak berangkat studi banding ke luar negeri, mereka bisa menyelamatkan anak orang miskin sebanyak 2.301 orang untuk setiap tahun. Dengan anggaran Rp 105,924 miliar ini, anggota DPR seperti sengaja mengorbankan ribuan anak orang miskin yang tidak mampu untuk bersekolah setiap tahunnya, hanya untuk ke luar negeri,” tutur Uchok di Jakarta, Rabu (23/3).

Menurut Uchok, studi banding 16 anggota Komisi XI DPR ke Amerika Serikat saja menghabiskan biaya Rp 2,1 miliar. ”Tadinya total anggarannya sebesar Rp 2,3 miliar. Karena dua anggota DPR tak ikut, anggarannya bisa dihemat Rp 280 juta. Rp 280 juta itu cukup membantu beasiswa enam anak orang miskin dari SD sampai ke perguruan tinggi,” ujar Uchok lebih lanjut.

Ia mengakui ingin DPR memperbaiki diri dan tidak malah menjauhi rakyat. ”Namun, seolah-olah hanya mereka yang benar. Ini berbahaya bagi demokrasi kita,” kata Uchok.

Dia tidak memungkiri ada penurunan anggaran studi banding DPR ke luar negeri tahun ini, daripada tahun lalu. Pada 2010 anggaran studi banding DPR ke luar negeri mencapai Rp 170 miliar. Namun, masalahnya, mereka studi banding justru ketika RUU itu hampir rampung dibahas.

Menurut Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, sangat mungkin rakyat merasa tidak terwakili oleh DPR, antara lain, karena frekuensi DPR ke luar negeri dianggap lebih sering dibandingkan dengan mengunjungi konstituen riilnya.

Perlu pengaturan ulang

Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Aziz menuturkan, mekanisme kunjungan kerja ke luar negeri perlu diatur ulang. Pengaturan itu terutama terkait anggaran menyeluruh, baik yang dilakukan DPR maupun pegawai pemerintah.

”Untuk DPR, sudah ada penghematan daripada anggaran tahun sebelumnya. Seharusnya pemerintah juga melakukan penghematan,” ujarnya. (bil/nta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bagaimana Proyeksi IHSG Hari Ini? Simak Rekomendasi Sahamnya

Bagaimana Proyeksi IHSG Hari Ini? Simak Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
5 Kebiasaan yang Bisa Diterapkan agar Keuangan Sehat

5 Kebiasaan yang Bisa Diterapkan agar Keuangan Sehat

Spend Smart
Memahami Pajak Investasi Emas

Memahami Pajak Investasi Emas

Whats New
Harga Bawang Merah Mahal, Pemerintah Masifkan Gerakan Pangan Murah di Jakarta

Harga Bawang Merah Mahal, Pemerintah Masifkan Gerakan Pangan Murah di Jakarta

Whats New
Anggota DPR Minta OJK Tangani Aduan Layanan Paylater

Anggota DPR Minta OJK Tangani Aduan Layanan Paylater

Whats New
Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Whats New
Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com