Denpasar, Kompas
Menurut dia, sudah saatnya pasar tradisional membenahi diri agar mampu bersaing dengan pasar modern. Salah satu contoh pasar tradisional yang kreatif dan inovatif itu antara lain memadukan pasar penyedia kebutuhan masyarakat, pariwisata, dan kuliner.
”Kami berharap pasar tradisional ini bisa hidup sepanjang hari dan bermanfaat. Pagi bisa digunakan jual beli kebutuhan sehari-hari, siang bisa untuk pariwisata, khususnya pasar-pasar di Bali, dan malam hari dimanfaatkan untuk menyediakan kuliner. Kami percaya pasar rakyat pasti terus hidup,” kata Mari Pangestu saat meninjau Pasar Tradisional Pasar Agung, Kota Denpasar, Bali, Jumat (8/4).
Kunjungan Menteri Perdagangan (Menperdag) itu berkait dengan dijadikannya Pasar Agung sebagai salah satu dari 10 pasar percontohan di Indonesia, yang mendapat biaya Rp 7,5 miliar untuk revitalisasi.
Tahun ini pemerintah pusat mengeluarkan biaya untuk revitalisasi 120 pasar se-Indonesia senilai dengan total nilai Rp 505 miliar, Rp 88 miliar di antaranya untuk merevitalisasi 10 pasar percontohan.
Pasar Agung merupakan pasar tradisional dengan 338 pedagang dan luas sekitar 80 are. Pasar Agung dikelola Desa Adat Peninjauan, Kota Denpasar.
Untuk seluruh Bali, ada 35 pasar yang dikelola desa adat dan 16 pasar dikelola Perusahaan Daerah Kota Denpasar.
Mari menjelaskan, pemerintah pusat menargetkan proyek revitalisasi bisa dimulai bulan Mei dan berakhir Desember tahun ini. Selanjutnya, pengelolaan pasar akan diserahkan kepada pemerintah setempat.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Pasar Kota Denpasar Made Westra menyambut baik upaya pemerintah pusat merevitalisasi pasar. Pasalnya, menurut dia, pasar tradisional memang terganggu dengan pasar modern.
Karena itu, Pemerintah Kota Denpasar mulai menerapkan pembatasan operasional toko modern, yakni tidak boleh buka 24 jam per 1 April lalu. Namun, ia mengaku pembatasan itu belum maksimal.