Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Memberi Makan Burung Elang...

Kompas.com - 21/04/2011, 13:32 WIB

KOMPAS.com - Kepulauan Langkawi yang terdiri dari 99 pulau pada saat laut pasang dan 104 pulau saat laut surut memiliki ikatan khusus dengan burung elang. Di sini hidup habitat asli burung elang di sebuah pulau kecil yang diberi nama Pulau Elang. Nama Langkawi sendiri terdiri dari dua kata, yaitu Lang yang berarti burung elang dan Kawi yang berarti coklat kemerah-merahan-merujuk ke warna khas burung elang.

Maka begitu tiba di pulau Langkawi, wisatawan biasanya langsung menuju Eagle Square atau Dataran Lang yang berlokasi di Kota Kuah (pusat kota Langkawi) untuk menikmati patung elang berukuran besar. Patung yang diresmikan tahun 1996 oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad ini dibuat dengan secara detil. Dari jarak dekat, bulu-bulu yang menempel di sayap dan kaki burung terlihat nyata.

Langkawi juga memiliki Pulau Elang, sebuah pulau kecil tempat habitat asli sekumpulan elang putih. Anda juga dapat dengan mudah membawa pulang souvenir burung elang dalam beragam ukuran karena tersedia di banyak pusat perbelanjaan.

 

130331130714073457
Dari dermaga ini, wisata singgah ke pulau-pulau dimulai.

 

 

Memasuki hari kedua, Malaysia Tourism Board mengajak wartawan Indonesia menyelami lebih dalam obyek wisata khas Langkawi. Usai sarapan pagi di hotel The Westin, saya bertolak ke dermaga untuk menjelajahi beberapa pulau yang dijadikan obyek wisata.

Dermaga yang saya maksud merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal kecil dan speedboat yang bisa disewa oleh wisatawan. Tempatnya cukup terpencil dan masuk ke dalam. Encik Yazi, pemandu yang membawa kami ke tempat ini mengungkapkan, lahan parkir mobil cukup bermasalah di sini karena terbatasnya lahan.

Untuk menikmati wisata pulau, Anda bisa memilih beberapa paket. Tapi yang paling populer adalah paket ke Pulau Dayang Bunting, Eagle Feeding dan Pulau Beras Basah. Untuk bisa berkunjung ke tiga tempat tersebut, Anda perlu membayar RM 40-45 ringgit per orang. Pilihan lainnya adalah bermukim di satu pulau, untuk kemudian dijemput di sore hari atau sesuai kesepakatan.

Perjalanan mengarungi lautan pun dimulai dengan menggunakan perahu motor. Sepanjang perjalanan, pulau-pulau berukuran kecil-besar berulang kali memukau mata. Perahu yang saya tumpangi mengarungi pulau-pulau yang menjulang tinggi di atas laut dan dirimbuni pepohonan. Setelah berjalan sekitar 10 menit dari dermaga, pulau-pulau itu seolah mengepung kapal.

 

1303311431624201514
1303311471172788909
Pemandangan pulau-pulau di kepulauan Langkawi

 

 

Di kepulauan ini memang banyak karang-karang berukuran besar. Kepulauan Langkawi sendiri hanya memiliki beberapa pulau besar, seperti Pulau Langkawi, Pulau Dayang Bunting, Pulau Singa Besar dan Pulau Pasir Basah.

Dayang Bunting

Tujuan pertama adalah pulau Dayang Bunting yang memiliki legenda terkait putri dan anaknya. Bila pulau ini dilihat dari jarak tertentu, akan nampak bentuk seorang ibu hamil muda yang sedang terbaring. Setiap wisatawan pasti diajak berhenti di titik tertentu untuk melihat penampakan pulau berbentuk wanita hamil sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau Dayang Bunting.

Menurut cerita yang disampaikan oleh Encik Yazi, pulau ini sebenarnya adalah sosok wanita yang dikutuk menjadi batu oleh seorang raksasa. Tapi nama Dayang Bunting lebih banyak ditujukan untuk danau Dayang Bunting yang terdapat di dalam pulau.

 

13033116781014836901
Wisatawan sedang menikmati pulau Dayang Bunting berbentuk wanita hamil yang sedang berbaring (kepala si wanita berada di sebelah kanan).

 

 

Danau berair payau di pulau ini dikenal mampu mengabulkan keinginan setiap perempuan yang ingin memiliki anak. Konon dahulu kala, terdapat seorang putri raja yang kehilangan anak pertamanya sesaat setelah dilahirkan. Sang putri sangat sedih dan tertekan. Anak itu kemudian dimakamkan di danau yang terdapat di pulau ini. Sebelum balik ke istana, dia memberkahi air danau agar setiap ibu yang belum memiliki keturunan dapat segera hamil dan menimang anak bila si ibu mandi di danau tersebut.

Begitu tiba di pulau, saya harus menyusuri jalan setapak sepanjang satu kilometer untuk sampai ke lokasi danau yang luasnya sekitar tiga kali lapangan sepak bola. Di danau ini terdapat penjelasan asal mula terbentuknya danau yang diyakini berasal dari runtuhnya gua besar di pulau tersebut sejak ribuan tahun lalu. Tapi meskipun berada di dekat laut, air di danau ini tidak berubah menjadi asin.

 

1303311791852766072
Papan petunjuk di pulau Dayang Bunting.
1303311822831556981
Danau seukuran tiga kali lapangan sepak bola di pulau Dayang Bunting.

 

 

Begitu tiba di danau, terlihat para wisatawan bergegas pulang usai berenang dan mandi di sini. "Kedalaman sungai sekitar 10 meter, tapi tempat berenang sudah dibatasi oleh tali itu," kata Yazi, sambil menunjuk ke pembatas tali yang dibuat untuk areal berenang. Selain itu, terdapat satu 'kolom' kecil yang terbuat dari karet untuk mereka yang ingin sekedar membasahi badan di danau ini.

Pulau Elang

Dari pulau Dayang Bunting, perahu yang saya tumpangi langsung menuju ke pulau Elang. Tapi perahu tidak berhenti di dermaga, melainkan berhenti di dekatnya. Setelah mesin perahu berhenti, saya mulai menikmati burung-burung elang yang berkeliaran berkelompok di angkasa.

Keinginan melihat kawanan elang dari jarak dekat baru terwujud setelah Enjik Din si pemilik perahu melempar sekantong kulit ayam. Saya tidak sempat melihat wujud makanan elang yang disajikan. Tapi, menurut Din, kulit ayam merupakan makanan favorit burung elang.

130331193867535527
Sekawanan burung menyerbu makanan berupa kulit ayam yang disebar ke laut.

 

 

 

Dan benar saja. Tak lama makanan disebar ke laut, burung-burung elang putih berukuran besar langsung datang dari segala penjuru mata angin, menyerbu makanan yang disebar di samping perahu. Mereka menyambar makanan, lalu terbang tinggi untuk kemudian memutar kembali dan menukik ke bawah menyambar makanan yang tersisa.

Burung-burung yang sedang dalam keadaan lapar itu seperti sudah menandai bau kulit ayam. Dalam sekejap, makanan yang disajikan ludes dimakan dalam waktu kurang dari satu menit. Mungkin karena makanan yang disebar memang tidak banyak.

Sayangnya, saat saya meminta Encik Din menyebar lagi kulit ayam, dia tidak bisa memenuhinya karena pasokan makanan yang dibawa memang terbatas. Tapi saya beruntung berhasil merekam acara memberi makan burung elang dengan kamera Canon yang saya bawa.

13033125881634550511
Salah satu sudut pulau Beras Basah, diambil dari atas perahu motor.
1303312632489418780
Seorang wisatawan bersiap memotret di pantai pulau Beras Basah.

 

Usai memberi makan elang, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pulau Beras Basah. Saya tidak banyak bicara ketika keindahan pantai di pulau ini terhampar di depan mata. Lautnya berwarna biru kehijau-hijauan, dengan terumbu karang yang hidup bebas di dasar laut. Pantainya sangat landai, nyaris tanpa ombak dan pasir yang terhampar begitu putih, seputih butir-butir beras.

Pulau tak berpenduduk ini memang memiliki lekuk pantai yang indah. Tak jauh dari pantai, terdapat pulau kecil yang seolah menjadi pembatas kawasan pantai. Saat berada di sana, saya seakan berada di pantai pribadi yang tertutup dari alam lepas.

Menurut Yazi, nama Pulau Beras Basah yang namanya mirip dengan salah satu objek wisata pulau di Bontang, Kalimantan Timur, ini diambil dari kisah legenda penduduk yang sedang membawa beras mengarungi lautan. "Sampai di pulau ini, kapalnya tenggelam, sehingga beras yang dibawa jadi basah semua," cerita Yazi dalam perjalanan pulang ke hotel.

13033129761164062062

13033129902100573031
Dua anak kecil bermain pasir di pantai Beras Basah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com