Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks Saham Syariah Diluncurkan

Kompas.com - 12/05/2011, 10:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bursa Efek Indonesia bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia meluncurkan Fatwa Mekanisme Syariah Perdagangan Saham sekaligus Indeks Saham Syariah Indonesia di Jakarta, Kamis (12/5/2011).

Fatwa itu adalah Fatwa Nomor 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Fatwa itu disahkan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada 8 Maret 2011 silam.

Dengan pengesahan fatwa itu maka penyelenggaraan perdagangan efek di BEI memiliki dasar dan atau hukum fikih yang kuat bahwa mekanisme lelang berkelanjutan (continuous auction ) yang digunakan BEI dalam transaksi efek bersifat ekuitas di pasar regular telah sesuai dengan prinsip syariah.

"Momen ini menjadi tonggak sejarah perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Sistem syariah diminati pengusaha di dunia karena sistem ini dirasa lebih aman dari penipuan dan manipulasi, tak hanya bagi pengusaha muslim semata tapi secara umum," kata Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), KH Maruf Amin.

Hadir dalam kesempatan itu antara lain Direktur Utama BEI Ito Warsito, Kepala Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Etty Retno Wulandari dan Direktur Pengembangan BEI Friderica Widyasari Dewi.

Menurut Ito, penerbitan fatwa ini tidak instan tapi melalui proses panjang oleh otoritas BEI dan MUI. Indeks Saham Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) akan menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi di saham, khususnya saham syariah. ISSI sekaligus menjadi acuah utama yang me nggambarkan kinerja seluruh saham syariah yang tercatat di BEI, yang membantu menghilangkan kesalahpahaman masyarakat yang menganggap saham syariah hanya terdiri dari 30 saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) saja.

Metode penghitungan ISSI sama dengan metode penghitungan indeks lainnya di BEI, yakni menggunakan market capitalization weighted average. Komponen penghitungannya adalah semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan setiap enam bulan. Hari Dasar Penghitungan ISSI adalah Desember 2007 den gan nilai indeks 100. Saat ini terdapat 214 saham syariah dengan kapitalisasi pasar sekitar 43,6 persen dari total nilai kapitalisasi pasar BEI.

Indeks syariah sendiri, diakui Ito, belum berkembang secara signifikan . Ini terkait pertanyaan masyarakat seputar mekanisme perdagangan saham sesuai dengan mekanisme yang berlaku di dalam Islam. "Di JSI hanya dipilih 30 perusahaan, jumlah yang dianggap ideal saat itu. Tapi masyarakat kemudian hanya menganggap hanya 30 perusahaan itu saja yang sistem dan mekanismenya secara syariah. Maka peluncuran fatwa dan ISSI kali ini diharapkan membuka pandangan masyarakat umum, melengkapi JSI yang sudah ada lebih dulu," kata Ito.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com