Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Herman, Membangun Mal untuk Para PKL

Kompas.com - 18/05/2011, 09:20 WIB

Tinggal selangkah, Herman Malano mewujudkan mimpinya hampir 30 tahun ini, yaitu mendirikan pusat perbelanjaan modern yang nyaman dan murah secara mandiri sehingga terjangkau bagi para pedagang ”kasta” terendah alias pedagang kaki lima . 

Pembangunan mal Bambu Kuning Square (BKS) di depan Stasiun Kereta Api Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, tidaklah terlepas dari perjuangan Herman Malano.

Pusat perbelanjaan dengan luas bangunan 6.800 meter persegi itu merupakan pasar modern pertama di Tanah Air yang dibangun untuk PKL. Pembangunannya dilakukan mandiri oleh para pedagang, tanpa bantuan dana perbankan, pemerintah, apalagi pengembang komersial.

”Sebagai mantan PKL, saya bisa merasakan pahitnya menjadi seorang PKL. Hidup dalam kecemasan, takut lapaknya ditertibkan pemerintah, sementara pasar baru yang dibangun pemerintah dari hasil penggusuran biasanya dihargai mahal. Kalau begitu, sampai kapan pun PKL tidak mampu membelinya,” kata Herman.

Untuk meningkatkan taraf hidup PKL, harus mulai ada yang peduli membangunkan pasar modern yang nyaman, murah, dan legal bagi mereka. Atas semangat inilah Herman nekat membangun BKS dengan modal ”dengkul”, tanpa dukungan modal finansial perbankan dan pemerintah pada awal 2009.

Pertama, untuk mendapatkan lokasi pembangunan mal, ia sibuk melobi petinggi PT Kereta Api Indonesia (KAI) di Bandung, Jawa Barat, sejak 2007. Izin prinsip pemanfaatan tanah seluas 6.800 meter persegi milik PT KAI yang telah sejak lama telantar akhirnya diperoleh. Padahal, saat itu baik pemerintah daerah maupun sejumlah pengembang komersial sama-sama mengincar lokasi tanah yang sangat strategis itu.

Tidak berorientasi profit

Herman pun kemudian membentuk sebuah perusahaan pengembang bernama PT Istana Karya Mandiri (IKM) untuk mewujudkan cita-citanya membangun BKS. Perusahaan ini, katanya, tidak berorientasi profit sehingga semangat membangun pasar modern untuk kaum kecil dapat terjaga.

”Setelah 2 -3 tahun (BKS) berdiri, pengelolaan mal diserahkan langsung kepada para pedagang, bisa lewat koperasi. Istana Karya hanya mengawasi karena kami bukan seperti pengembang pada umumnya yang mengambil keuntungan sebesar-besarnya,” kata Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Wilayah Lampung itu.

Untuk mendanai pembangunan BKS, pada awalnya Herman mengharapkan bantuan modal dari perbankan. Namun, apa daya, berkali-kali mengajukan kredit, berkali-kali pula ditolak bank. Alasannya, pembangunan BKS belum dilengkapi kerja sama operasi (KSO) dengan PT KAI.

Padahal, untuk KSO ini setidaknya dibutuhkan biaya Rp 4 miliar, baik Herman maupun PT IKM tidak punya uang segar sebanyak itu. Namun, ia tidak patah arang. Walau tanpa akta KSO, hingga saat ini pembangunan tetap dilaksanakan. Ia sengaja menjual murah sebuah aset pribadinya senilai Rp 2 miliar untuk dana awal pembangunan BKS.

Selanjutnya, dana pembangunan didapatkan dengan cara mengajak para PKL mencicil uang pembelian toko dengan pola fleksibel. Khusus bagi pedagang yang mampu, mereka didorong membeli secara tunai atau bertahap dengan sistem pemesanan. Di BKS, khusus PKL mendapatkan subsidi sehingga harga per meter persegi toko hanya Rp 8 juta, sementara untuk umum Rp 13 juta per meter persegi.

Bahkan, ia memberanikan diri mengundang Ketua Umum APPSI Pusat Prabowo Subianto untuk meletakkan batu pertama pembangunan BKS pada 22 Januari 2009 lalu. Idenya membangun pasar modern untuk pedagang kecil mengundang simpati dan dukungan banyak pihak, termasuk para pejabat. Ini dimanfaatkannya untuk mendapatkan material bangunan dengan harga murah atau diskon.

Cibiran dan godaan

Herman menambahkan, pada awalnya banyak pihak yang mencibir dan menyangsikannya kemampuannya membangun BKS. ”Orang-orang bilang saya gila. Tidak sedikit yang ngeledek seperti ini, ’gimana Pak Herman, batunya sudah lumutan belum? atau 'kalau jadi, iris kuping saya',” ucapnya menirukan pernyataan pihak-pihak yang mencemooh kerjanya.

Tantangan dan godaan pun tidak henti-hentinya datang. Di tengah pembangunan BKS, dia mendapat tawaran dari sebuah pengembang komersial besar yang berbasis di Jakarta. Pengembang itu meminta agar Herman menjual proyek BKS itu dengan iming-iming sogokan Rp 4 miliar. Ia pun pernah diberitakan miring bahwa PT IKM dianggap tidak mampu membangun BKS karena ketiadaan dana besar.

”Saya tidak akan pernah bisa dibeli. Tidak mungkin ada kesempatan dua kali hidup dari Tuhan untuk mewujudkan mimpi semacam ini dan juga mimpi-mimpi PKL,” ujar pria yang sangat mengidolakan Muhammad Yunus, penerima Nobel dan pendiri Grameen Bank yang sangat inspiratif itu.

Terlahir sebagai PKL

Terlahir sebagai anak seorang PKL lalu menekuni profesi itu, membuat semangatnya semakin kuat dan berkobar-kobar untuk membela para PKL. ”Umur 3 bulan, saat masih bayi, saya sudah diajak ibu menunggu lapak di pasar. Maka itu, saya sangat marah jika pemerintah tidak peduli terhadap PKL,” katanya dengan nada meninggi dan mata berkaca-kaca.

Kini, bangunan BKS seluas 12.000 meter persegi tersebut sudah 80 persen terbangun. Rencananya, gedung itu akan diresmikan akhir tahun ini. Herman bercita-cita menduplikasi BKS ini ke-33 provinsi di Tanah Air. Dengan demikian, akan makin banyak pedagang kecil di Indonesia yang berkesempatan memperbaiki nasib.

Herman berharap pemerintah meningkatkan kepeduliannya pada kaum PKL dan UKM (usaha kecil-menengah). Salah satunya, menyediakan fasilitas kredit UKM yang betul-betul terjangkau, mudah prosesnya, dan bunga ringan. ”China dan Malaysia bisa melakukannya, kenapa kita tidak?” ucap pria yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas I SMA itu.

Dalam kunjungannya ke BKS akhir April lalu, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi mengaku sangat terkesan dengan perjuangan Herman membangun BKS.

”Saya datang ke sini sebetulnya justru ingin belajar, bukan mengarahkan. Saya sungguh kagum. Bagaimanapun BKS akan menjadi sebuah laboratorium, percontohan, tentang bagaimana pedagang saling bersinergi dan mandiri membangun pasarnya sendiri,” kata Edy. (Yulvianus Harjono)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com