Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

City Block Concept Selamatkan CBD Jakbar

Kompas.com - 22/06/2011, 12:19 WIB

oleh Paulus Pandiangan 

Tidak seperti wilayah lain di DKI Jakarta, pembangunan properti oleh pengembang besar di Jakarta Barat tampak riuh dalam tiga tahun terakhir. Terutama di kawasan Sentra Primer Baru Barat (SPBB) atau Central Business District (CBD) Jakarta Barat yang berlokasi di daerah Puri Indah dan sekitarnya. Sebut misalnya Agung Sedayu Group dengan proyek Puri Mansion-nya maupun Pondok IndahGrup dengan pembangunan The Windsor yang merupakan bagian dari Puri Indah TownCenter.

Atau,Lippo Group yang memberikan kontribusinya untuk pengembangan wilayah tersebut lewat pembangunan The St. Moritz Penthouse & Residences, sebuah kawasan bisnis dan hunian terpadu yang menggunakan konsep 11-in-1 dengan standarinternasional. Nilai proyek The St. Moritz Penthouse & Residences disebutkan mencapai Rp 12 triliun dan salah satu bangunannya direncanakan akan menjadi bangunan tertinggi di Indonesia sekaligus menjadi ikon baru Jakarta.

Keriuhan derap pembangunan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang mengarahkan sekaligus mendorong pertumbuhan pembangunan kota ke wilayah timur dan barat Jakarta. Pembangunan ini juga bagian dari strategiPemda DKI Jakarta untuk menyelamatkan wilayah selatan Jakarta yang merupakandaerah serapan air.

Lebih dari itu, CBD Jakarta Barat memang pantas menjadi magnet yang menggairahkan bagi para pengembang. Dengan luas kurang lebih 135 hektar, lokasi CBD JakartaBarat terbilang sangat “seksi”: dekat dengan BandaraSoekarno-Hatta, jalan tol Jakarta-Merak dan Jakarta Outer Ring Road. Artinya, akses ke mana pun sangat mudah.

Dan,salah satu poin yang juga menambah keunggulan CBD Jakarta Barat adalah konsepnya yang ingin memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki dan kendaraanbermotor melalui penerapan city block concept.  Namun, kalau lengah dan tidak waspada, justru pada poin itulah bisa muncul “kelemahan” bila ternyata di kemudian hari gambaran besar rencana cityblock concept tersebut kedodoran dalam pelaksanaannya.

Mari berhitung secara sederhana. Jika hunian dan rukan yang dikembangkan Agung Sedayu Group mulai beroperasi diperkirakan akan terjadi “ledakan”mobilitas ribuan penghuni serta pengunjung yang datang dan pergi. Hal serupa juga bakal terjadi bilamana The Windsor mulai dihuni.

Setalitiga uang dengan kondisi di kawasan hunian dan bisnis terpadu The St. MoritzPenthouses & Residences. Begitu ditempati, diperkirakan akan ada ribuan jiwa yang tinggal di menara-menara apartemen ekslusif tersebut. Belum termasuk pengunjung The St.Moritz Mall, pusat perbelanjaan ekslusif yang dilengkapi dengan sarana hiburan Sea World (in door). Apalagi para tamu hotel The JW Marriot Hotel West Jakarta St. Moritz yang menjadi hotel mewah internasional berbintang lima pertama dan satu–satunya di luar area segitiga emas CBD.

Atau pengunjung convention center seluas 6.000 meter persegi dan sekolah internasional yang juga akan dibangun di dalam kawasan hunian dan bisnis terpadu The St. Moritz Penthouses& Residences. Hitungan secara kasar menyiratkan – lagi-lagi - akan ada “ledakan” mobilitas. Perkiraan waktu "ledakan" mobilitas tersebut mungkin akan menjadi kenyataan dalam tempo 4-5 tahun lagi.

Pertanyaanyang kemudian muncul adalah apakah city block concept yang dirancang dulu masih mampu menampung “ledakan” mobilitas tersebut? Apakah akan terwujud cita-cita pejalan kaki bisa menggunakan fasilitas jalan denganaman dan nyaman? Akankah arus lalu lintas dan mobilitas manusia serta kendaraan bermotor (roda dua dan roda empat) bakal tertata rapi seperti yang diinginkan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com