Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciputra dan Burung-burung Liar

Kompas.com - 24/07/2011, 03:45 WIB

Seperti apa rumah tinggal Ciputra, pengusaha properti yang kondang itu? Ingatan paling menonjol tentang rumahnya adalah patung, lukisan, dan burung-burung liar. Sarie Febriane

Pagi itu kami menyinggahi kediamannya di Bukit Golf, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Dari tampak depan, bangunan rumah Ciputra nyaris tak terlihat meski tak berpagar, tertutup pepohonan rindang dan bukit kecil dengan hiasan berbagai patung kuda dan manusia.

Tak berapa lama, Ciputra (79) muncul dengan kemeja putih. Kendati sudah cukup sepuh, kakek bercucu sembilan ini tampak segar dan sigap gerak-geriknya. Obrolan ringan mengalir begitu saja di ruang tamunya yang luas.

”Lihat burung-burung itu, indah sekali, ya, saya suka sekali lihat warna-warna dan kicauannya,” kata Ciputra menunjuk ke arah luar melalui dinding kaca yang menampilkan halaman belakang rumahnya yang luas.

Berbagai perabot di rumah ini sebenarnya relatif biasa, tak ada yang tampak mewah. Kain pelapis sofa pun sederhana, putih gading polos berbahan katun. Meski begitu, ruang tamu yang sebagian besar berdinding kaca tebal ini memiliki pemandangan indah, yakni halaman belakang yang berbatasan langsung dengan lapangan golf berbukit-bukit. Di halaman itu juga terdapat patung-patung buatan pematung Moenir yang mengadaptasi lukisan karya Hendra Gunawan. Dinding kaca tanpa tirai di ruang tamu ini menjadi serupa lukisan hidup yang indah.

Sementara pada dinding tembok dan langit-langit rumahnya yang tinggi tergantung lukisan-lukisan karya Hendra Gunawan yang amat digemarinya. Sepertinya, di rumahnya ini Ciputra lebih merefleksikan dirinya sebagai pencinta seni rupa ketimbang sebagai konglomerat yang mengoleksi perabotan serbamegah. Rumahnya ini dibangun di awal 1980-an dan memakan waktu dua tahun untuk pembangunannya.

Bersisian dengan ruang tamu tadi adalah ruang makan dengan meja makan besar bertaplak putih berlapis plastik transparan yang mulai tampak kusam. Namun, jika sedang tak ke kantor, Ciputra menghabiskan waktu di ruang makan sehari-hari yang ruangannya lebih kecil. Di ruang ini juga mesin faksimile dan telepon diletakkan sekadarnya untuk keperluan Ciputra terhubung dengan perusahaannya.

Di salah satu sudut terdapat tiga televisi layar datar yang selalu memasang tiga saluran, yakni Animal Planet, saluran berita (seperti CNN), dan saluran olahraga (ESPN atau Star Sports). Televisi yang menayangkan Animal Planet dan saluran olahraga disetel tanpa bersuara, sementara saluran berita selalu bersuara.

”Saya senang menonton tiga televisi sekaligus begini, tapi istri saya pusing katanya. Padahal asyik. Di meja makan ini juga saya terima telpon atau faksimile dari kantor,” tutur Ciputra.

Burung liar

Selain mengagumi karya seni, Ciputra amat menggandrungi burung. Namun, dia enggan memelihara burung dalam sangkar, melainkan membiarkan burung-burung itu terbang liar di halaman belakang rumahnya yang asri. Areal rumahnya yang seluas 6.000 meter persegi itu hanya 1.000 meter persegi yang dijadikan bangunan rumah. Oleh karena itu, halaman luas dan rindang menjadi habitat yang menyenangkan untuk burung-burung liar.

”Tak sampai hati mengekang kebebasan burung. Manusia juga tak mau kan dikurung. Burung-burung datang sendiri karena kondisi lingkungan (di sini) memungkinkan. Seperti manusia kan, di mana ada uang, dia datang,” ujar Ciputra sambil terbahak.

Dari pengamatannya, Ciputra bercerita sudah ada sekitar 10 macam burung liar yang gemar mampir di halamannya, di antaranya gereja, kutilang, tekukur, trocok, kepodang, parkit, juga prenjak. Ciputra saat ini ingin sekali membawa burung anis merah Bali ke halaman rumahnya, untuk ”dipelihara” tanpa disangkarkan. Namun, hal itu belum kesampaian.

Ciputra lalu memanggil asistennya, Pak Tino, untuk mengambil buku tentang burung-burung. Di buku itu ia menunjuk burung anis merah yang diidamkannya. ”Bagus sekali, ya. Saya sedang memikirkan bagaimana caranya dia mau tinggal di halaman,” kata Ciputra yang tampak antusias sekali berceloteh soal burung.

Tak terlalu heran juga jika rumah Ciputra digemari burung-burung liar. Rumah berlantai dua—namun tampak seperti berlantai satu itu—atapnya rimbun oleh tanaman rambat berbunga warna-warni, seperti thunbergia, air mata pengantin, bohemia, dan stephanot. Menurut Ciputra, dia memang sengaja memayungi rumahnya dengan tanaman rambat. Selain untuk keasrian, tanaman rambat juga bermanfaat mengurangi panas sengatan matahari secara alami.

”Saat ini belum seluruh atap tertutup. Di atas genteng ini dilapisi dengan gedeg sebagai media rambatan tanaman. Kalau tanaman rambatnya sudah betul-betul penuh, pasti lebih sejuk,” kata Ciputra.

Tak hanya sejuk, burung-burung liar niscaya akan kian betah bercengkrama di rumahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com