Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Kalteng Pertaruhkan Jabatan

Kompas.com - 04/08/2011, 04:46 WIB

Palangkaraya, Kompas - Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang dan Wakil Gubernur Kalteng Achmad Diran menolak keras rencana pembangunan rel kereta api dari Kalteng ke Kalimantan Timur. Jika pemerintah pusat tetap meloloskan rencana investor asal Rusia itu, Teras dan Diran menyatakan siap mundur dari jabatannya sebagai Gubernur dan dan Wagub Kalteng.

Teras dan Diran di Palangkaraya, Kalteng, Rabu (3/8), mengatakan, pembangunan rel dengan panjang sekitar 135 kilometer itu dikhawatirkan merusak hutan lindung di Kabupaten Murung Raya. Kawasan tersebut termasuk bagian dari Pegunungan Muller-Schwaner.

”Ada keinginan yang disampaikan Pemerintah Rusia mengenai investasi untuk membuat rel. Saya dan Wagub Kalteng menolak,” ujarnya.

Jika pemerintah pusat tetap melanjutkan rencana pembangunan rel, Teras dan Diran mengancam akan mengundurkan diri sebagai pasangan kepala daerah.

”Kalau dilanjutkan, rel akan menerjang hutan lindung. Buat apa ada kawasan lindung. Lebih baik saya mengundurkan diri dari jabatan sebagai gubernur,” kata Teras dan yang kemudian diiyakan oleh Diran.

Teras dan Diran mengaku tak mau meninggalkan kesan yang tidak baik jika sudah tak lagi menjadi kepala daerah. Meski pembangunan rel mungkin selesai setelah ia menjabat gubernur, masyarakat tetap saja akan menilai proyek itu dimulai pada masa Teras-Diran.

Menurut Teras, alasan lain Pemprov Kalteng tak bersedia menyetujui pembangunan rel adalah adanya kesepakatan yang disetujui semua gubernur di Kalimantan. ”Di Kalimantan, ada empat gubernur, dan semua sepakat membangun rel di wilayahnya masing-masing dulu,” kata Teras.

Diran menuturkan, apabila pembangunan rel dari Kalteng ke Kaltim dilanjutkan, tak ada yang bisa menjamin bahwa pohon-pohon di hutan lindung di sekitar rel tak akan rusak. ”Siapa yang bisa menjamin pohon-pohon tak akan ditebang? Hutan lindung di Murung Raya itu merupakan kawasan penyangga,” tuturnya.

Karena itu, Diran menganggap kawasan tersebut harus dijaga. Bencana alam banjir bandang dikhawatirkan akan terjadi saat musim hujan. ”Kalau hutan lindung di Murung Raya terganggu, banjir di Sungai Barito dengan panjang sekitar 1.100 km bisa terjadi, dan kami tak mau menanggung risiko itu,” katanya.

Diran tak mengetahui berapa nilai investasi yang akan ditanamkan Rusia untuk membangun rel tersebut. Ia juga tak dapat menyebutkan luas hutan lindung yang harus ditebang untuk pembangunan tersebut. Hanya, terdapat lebih dari 500.000 hektar kawasan lindung di Murung Raya. ”Meski hanya 1 hektar pun hutan lindung yang digunakan untuk rel itu, saya tak bersedia. Apalagi, panjangnya sampai 135 kilometer,” tuturnya.

Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kalteng Sipet Hermanto di Kalteng, rute rel yang akan dibangun Rusia dimulai dari Puruk Cahu, Murung Raya. (BAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com