SEOUL, KOMPAS.com- Pemerintah Asia bereaksi hati-hati terhadap keputusan Standard & Poor's yang memangkas peringkat utang AS dari AAA menjadi AA+. Keputusan tersebut dapat membuat kepercayaan di pasar keuangan menurun dan memangkas nilai aset obligasi mereka dalam denominasi dollar AS.
Peringkat itu menjadi AA+, berarti posisi negara terkaya di dunia itu di bawah Liechtenstein dan beberapa puluh negara lain, setara dengan Belgia dan Selandia Baru. Salah satu penasihat bank sentral China yang merupakan kreditor terbesar pemerintah AS menyatakan, penurunan itu akan menurunkan juga kurs dollar AS.
Untuk pemerintah di Asia, penurunan peringkat itu adalah berita buruk. Sebagian besar negara di kawasan Asia memiliki posisi surplus terhadap AS yang diperoleh dari akumulasi dollar AS. Mereka telah menanamkan banyak uang untuk membeli obligasi pemerintah AS.
AS juga merupakan pasar ekspor utama Asia, sehingga kekacauan di AS dapat berdampak bagi perekonomian Asia.
Jepang yang merupakan kreditor terbesar kedua AS setelah China mengatakan, ketertarikan mereka terhadap obligasi AS belum berubah, walaupun ada penurunan peringkat dari S&P.
"Kepercayaan kami terhadap obligasi AS dan daya tarik mereka sebagai investasi tidak akan berubah karena tindakan S&P ini," demikian seorang pejabat Jepang.
Xia Bin, penasihat pada Bank Rakyat China mengatakan, penurunan kurs dollar AS akan terus berlanjut. Yoon Jong-won, pejabat senior pada Kementrian Strategi dan Keuangan Korea Selatan mengatakan penurunan kredit bukanlah berita bagus, mereka akan mengamati bagaimana reaksi pasar terhadap penurunan ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.