Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Terjerembab Bersama Penurunan Harga

Kompas.com - 16/08/2011, 02:27 WIB

Siwi Nurbiajanti

Ibarat menelan pil pahit, itulah saat ini kondisi yang dirasakan sebagian petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Mereka seharusnya menikmati keuntungan dari panen bawang, tetapi kenyataannya kerugian yang mereka dapatkan.

Fluktuasi harga bawang merahlah yang membuat petani terjerembab dalam kerugian. Harga bawang merah di tingkat petani, yang pada bulan lalu masih Rp 12.000-Rp 13.000, saat ini hanya Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogram. Padahal, sesuai biaya produksi yang dikeluarkan, harga minimal bawang merah agar mencapai titik impas sekitar Rp 6.500 per kilogram.

Anjloknya harga bawang merah itu diduga karena pengaruh panen raya dan masuknya bawang merah dari daerah lain, seperti Sukomoro, Jawa Timur. Berdasarkan data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Brebes, selama Juli hingga Agustus ini, panen bawang merah di Brebes mencapai luas 6.000 hektar, dengan produktivitas 12-15 ton per hektar.

Kepala Bidang Agribisnis, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Brebes Gatot Rudiono menduga, anjloknya harga bawang merah juga akibat ulah spekulan. Meskipun demikian, pemerintah tidak bisa menindak spekulan karena belum ada aturannya, serta karena bawang bukan merupakan komoditas strategis.

”Sekarang petani sedang rugi total,” tutur Wardi (40), petani di Desa Pamulihan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Sabtu (30/7). Menurut dia, petani diombang-ambingkan oleh harga bawang yang sangat fluktuatif.

Saat mulai tanam sekitar dua bulan lalu, harga bawang merah mahal, sehingga harga bibit bawang juga mahal, mencapai Rp 20.000 per kilogram atau Rp 2 juta per kuintal. Untuk lahan seluas seperempat bau atau sekitar 1.800 meter persegi, kebutuhan bibit sekitar 3 kuintal atau sekitar Rp 6 juta. Ditambah dengan pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja, biaya tanam hingga panen untuk lahan seluas itu mencapai Rp 13 juta.

Dari lahan itu rata-rata dihasilkan sekitar 2 ton bawang merah sehingga petani hanya mendapatkan hasil penjualan sekitar Rp 8 juta. Sebagian petani menjualnya dengan sistem tebas (pembelian di sawah oleh pedagang), dengan nilai tebas Rp 8 juta hingga Rp 9 juta per seperempat bau.

Sebenarnya, lanjut Wardi, petani bisa saja menahan bawang yang dipanen hingga beberapa waktu, dan menjualnya saat harga bawang mahal. Terlebih apabila dikeringkan, bawang akan bertahan dalam kondisi bagus hingga dua bulan. Bawang itu juga bisa digunakan untuk bibit pada musim tanam berikutnya. Namun, mereka tidak memiliki modal untuk membayar utang dan modal tanam berikutnya.

Selama ini, untuk modal tanam, Wardi dan para petani lainnya terpaksa meminjam uang kepada pemilik toko sarana produksi tani, atau kepada pedagang bawang. Kebanyakan petani masih kesulitan mengakses pinjaman modal dari bank.

Hal senada disampaikan Sukadi (42), petani lainnya di Desa Pamulihan. Menurut dia, biaya tanam bawang sangat mahal, tetapi di sisi lain harga jual bawang merah murah. Bahkan pascapanen ini, harga bibit bawang mencapai Rp 25.000 per kilogram karena berasal dari bawang yang dipanen dua bulan lalu. Kondisi itu sangat membebani petani di tengah tingginya harga-harga bahan kebutuhan pokok.

”Sebenarnya 95 persen petani punya gudang untuk menyimpan bawang,” kata Badrus Zaman (47), petani bawang merah di Desa Sitanggal, Kecamatan Larangan. Namun, menurut dia, tidak semua petani bisa menyimpan bawang yang dipanen karena terkendala modal.

Rasijan (50), petani bawang merah di Desa Padasugih, Kecamatan Brebes, pun terpaksa menjual bawang yang dipanennya dari lahan seluas satu bau. Dengan volume produksi sekitar delapan ton, dan harga jual bawang Rp 3.000 per kilogram, ia hanya mendapat hasil penjualan sekitar Rp 24 juta.

Hal itu ia lakukan karena harus membayar utang di bank dan beberapa saudaranya. Rasijan mengaku mengutang Rp 12 juta kepada bank dan Rp 15 juta kepada saudara-saudaranya. ”Ya nanti dicicil sebisanya, yang penting angsuran di bank tetap lancar,” ujarnya.

Beli dari petani

Sebagai salah satu upaya mengendalikan penurunan harga bawang merah, Sabtu pekan lalu, Menteri Pertanian Suswono dan pemerintah daerah setempat membeli bawang merah dari petani dengan harga Rp 6.500 per kilogram.

Sebanyak 6 ton bawang merah dibeli oleh Menteri Pertanian, 6 ton lainnya oleh Bupati Brebes, sekitar 6 ton oleh PT Pasar Komoditas Nasional, dan 42 ton oleh gabungan delapan kelompok tani yang mendapatkan dana intervensi dari pemerintah senilai Rp 1,1 miliar.

Suswono mengatakan, untuk mengantisipasi anjloknya harga bawang merah, seharusnya pemerintah daerah segera membuat gudang-gudang bawang agar bisa menerapkan sistem resi gudang. Dengan demikian, saat harga murah, petani bisa menyimpan bawang mereka dan mendapatkan surat resi yang bisa digunakan untuk agunan meminjam uang di bank.

Pemerintah pusat, lanjutnya, saat ini berusaha membantu petani dengan membuat pasar tani. Dengan adanya pasar tani, petani dan pembeli diharapkan bisa bertemu secara langsung, sehingga petani bisa mendapatkan harga tinggi, sedangkan konsumen mendapatkan harga yang lebih murah. Hingga saat ini jumlah pasar tani di Indonesia mencapai 37 unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com