Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Buruk, Waspadai Penerbangan

Kompas.com - 13/09/2011, 20:34 WIB

MANOKWARI, KOMPAS.com — Cuaca yang selalu berubah secara mendadak di Papua Barat menjadi perhatian pihak bandara. Pantauan cuaca adalah harapan terakhir navigasi penerbangan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Rendani Manokwari George Leskona, Selasa (13/9/2011), mengatakan, di Papua Barat tidak terjadi musim kemarau seperti di Jawa.

Malah pada musim angin timur sering turun hujan lebat dalam waktu singkat yang disertai angin kencang hingga 30 knot. Perubahan cuaca sering kali mendadak terjadi dan sulit diprediksi.

Seperti yang terjadi pada Selasa pagi, cuaca cerah berubah mendung dan hujan deras selama dua jam, diikuti angin kencang berkecepatan 20 knot. Akibatnya, dua jadwal keberangkatan tertunda dua jam karena menunggu hujan reda.

Hujan deras menjadikan jarak pandang di landasan kurang dari dua kilometer. Kondisi cuaca buruk ini terjadi selama musim kemarau di Manokwari dan sekitarnya.

"Bukan hanya yang berangkat, yang mendarat di Rendani juga tertunda. Penundaan bisa sampai tiga jam," ujar George.

Kepala Bandara Rendani Bambang Noro mengakui memang terjadi penundaan keberangkatan, tetapi tidak sampai mengganggu lalu lintas penerbangan. Ketidakpastian cuaca di Manokwari dan Papua Barat terjadi tiap saat. Perubahan drastis ini sering menyebabkan jadwal penerbangan terganggu.

Perubahan cuaca yang tiba-tiba, bahkan dalam hitungan 10 menit-15 menit, menjadi faktor utama keterlambatan jadwal penerbangan di Papua Barat. Pihak bandara terpaksa menunda dengan batasan waktu yang tidak jelas untuk mengantisipasi kecelakaan . Tidak jarang maskapai penerbangan membatalkan keberangkatannya karena cuaca tidak bersahabat.

Kemarau basah yang terjadi di Papua barat, ungkap George, karena faktor topografi daratan Papua dan pembelokan angin timur dari Samudra Pasifik ke arah utara. Banyaknya lembah dan kondisi hutan yang masih baik mengakibatkan kelembaban yang tinggi hingga di atas 70 persen. Lebatnya hutan menjadi penyaring uap air yang terbawa angin dan tertahan di daratan Papua.

Keunikan alam lainnya adalah pergerakan angin dari arah timur Samudra Pasifik yang berbelok di Teluk Cendrawasih menuju ke utara, yakni ke arah Filipina dan Jepang. Karena angin berbelok, uap air yang terbawa angin sering tertahan di bagian atas kepala burung daratan Papua. Akibatnya, hujan terjadi sepanjang tahun.

Hujan deras disertai angin kencang dalam sepekan ke depan berpotensi terjadi karena ada pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik bagian barat. Kecepatan angin diperkirakan 10-25 knot dengan gelombang laut mencapai 3 meter.

"Penerbangan dan pelayaran harus waspada," kata George.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com