Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Data Center" Hijau untuk Bumi yang Hijau

Kompas.com - 16/09/2011, 07:05 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com - Banyak orang tidak tahu, atau merasa tidak perlu tahu dari mana data-data dan informasi datang saat mereka menggunakan internet, men-download lagu dan video, atau asyik bermain game. Ketidaktahuan itu patut dimaklumi karena generasi zaman sekarang hidup saat semua sudah tersedia.

Apalagi bagi mereka yang banyak mengakses konten menggunakan peranti mobile. Tinggal memainkan jari di layar sentuh, maka jutaan konten tersedia di depan mata. Padahal di balik semua itu, setiap sentuhan di layar atau ketikan di keypad berubah menjadi perintah yang dilarikan menuju "makhluk" yang disebut data center, tempat di mana data disimpan, diproses, dan disediakan saat diminta.

Pertumbuhan data yang luar biasa telah menjadikan data center menjadi salah satu industri yang tumbuh paling cepat di planet ini. Jutaan server dan cakram-cakram optik yang tak terhitung banyaknya memproses semua permintaan pengguna tanpa henti di data center. Tanpa ribuan data center yang tersebar di seluruh dunia itu, kehidupan modern bisa dipastikan akan kacau.

Pada era di mana teknologi sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari saat ini, kebutuhan data center, tak terhindarkan lagi, menjadi makin besar. Data center dituntut untuk selalu siap menyediakan data dengan frekuensi makin sering dan jenis data yang makin besar dan beragam.

Akibatnya—dan ini yang sebaiknya kita tahu—kebutuhan energi untuk menjalankan data center pun makin besar. Energi itu dibutuhkan untuk operasi elektrik seperti pencarian, pemrosesan, dan penyediaan data, serta operasi mekanik seperti memutar cakram, menyediakan pendingin ruangan, dan sebagainya.

Menurut US Environtmental Protection Agency pada Juli 2010, energi yang digunakan untuk menggerakan data center di seluruh dunia per tahun jauh lebih besar daripada energi listrik yang dipakai 10 juta rumah dalam setahun. Kebutuhan energi itu lebih besar daripada yang bisa dihasilkan 20 pembangkit listrik bertenaga batubara dalam setahun.

Dan bila pembangkit listrik jenis itu yang dipakai, maka kita tidak boleh lupa emisi karbon dioksida lebih dari 70 juta ton yang dihasilkan. Ingat pula, diperlukan 2 miliar pohon untuk membersihkan polusi itu.

Ke depan, teknologi informasi dan telekomunikasi serta data center bakal menjadi solusi penting bagi industri lain seperti transportasi, konstruksi, pembangkit energi, dan distribusi. Oleh karenanya, menurut laporan Smart 2020, pada tahun 2020 jumlah server di data center akan berlipat sepuluh menjadi sekitar 120 juta, dan akan menjadi pengguna energi terbesar di dunia IT.

Kenyataan di atas membuat banyak organisasi mencari cara untuk memangkas kebutuhan energi di data center sejak saat ini. Selain demi lingkungan yang lebih bersih, pemangkasan itu juga akan menghasilkan penghematan yang luar biasa besar, mengingat energi juga semakin mahal.

Isu untuk memangkas kebutuhan energi itulah yang dibahas dalam pertemuan perdana Asia Pacific Data Center Council di Singapura, Jumat (16/9/2011). Dalam pertemuan ini, para CIO dan manager IT yang mengelola data center besar berusaha mencari cara untuk mengoptimalkan kinerja data center, sekaligus memangkas kebutuhan energinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com