Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia IT Hijau, Tak Sekedar Memakai Energi Bersih

Kompas.com - 16/09/2011, 08:14 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com - Kita mungkin sudah sering mendengar protes organisasi lingkungan Greenpeace terhadap penebangan hutan atau perburuan paus. Namun ada salah satu protes organisasi lingkungan itu yang mengagetkan industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT), yakni kampanye mereka menentang data center milik Facebook.

Greenpeace memang meluncurkan program "Cool IT Challenge" tahun 2009. Salah satu tujuannya mendesak operator data center agar mengurangi penggunaan energi dan mencari solusi untuk mengatasi pemanasan global. Penentangan terhadap data center Facebook sendiri dipicu keputusan Facebook membangun data center di Oregon, menggunakan listrik dari PacificCorp, sebuah perusahaan pembangkit yang menghasilkan 67 persen energinya dari batubara.

"Facebook melangkah ke jalur yang bakal membuat kita makin sulit melepaskan ketergantungan terhadap pembangkit bertenaga batubara yang kotor," tulis Kumi Naidoo, direktur eksekutif Greenpeace dalam surat terbuka pada Mark Zuckerberg, pendiri Facebook.

Kisah itu merupakan tamparan bagi gerakan "Teknologi Informasi Hijau" karena kenyataannya dalam hal efisiensi energi, data center Facebook adalah salah satu yang terbaik di dunia. Iklim sejuk Oregon memungkinkan data center itu beroperasi tanpa pendingin mekanik yang biasanya menyerap energi terbanyak di sebuah data center.

Facebook bisa saja memindahkan data center-nya ke tempat yang menyediakan energi listrik hijau (misalnya dari angin, air, atau panas bumi). Namun hal itu membuat mereka harus mengkonsumsi listrik lebih banyak guna menyalakan pendingin bagi mesin-mesinnya yang sama artinya dengan pemborosan energi.

Berkaca dari kasus tersebut, para pengelola data center seluruh dunia sepakat bahwa data center hijau tidak bisa diwujudkan sekedar dengan mencari pasokan energi dari pembangkit yang hijau juga, namun harus diimbangi penghematan energi besar-besaran.

"Tren saat ini adalah menciptakan data center yang hijau. Salah satu caranya adalah memanfaatkan komponen-komponen yang memerlukan sedikit saja energi. Itulah salah satu hal yang akan kami bahas di Asia Pacific Datacenter Council di Singapura, Jumat ini," kata David Fosberg, Wakil Presiden Samsung Asia dalam wawancara elektronik dengan Kompas.com, Jumat (16/9/2011).

"Para pengelola data center raksasa di Asia Pasifik yang berkumpul akan mencari cara guna mengurangi konsumsi energi—yang pada akhirnya akan berujung pada pengurangan biaya—dan mengoptimalkan kinerja data center," lanjut Fosberg.

Samsung sendiri hadir dengan solusi hijau melalui produk-produk memory-nya, seperti DDR3, SSD, GDDR5 dan LPDDR2. DDR3 adalah memory pemroses data, GDDR5 dipakai untuk memproses grafis, LPDDR2 dipakai sebagai memory dalam peranti mobile, sedangkan SSD (Solid State Drive) sebagai penyimpan data pengganti harddisk drive.

Samsung mengklaim DDR3 4GB yang diproduksi menggunakan teknologi 30 nano meter miliknya bisa memotong konsumsi energi hingga 86 persen dibanding SDRAM yang dipakai pada kebanyakan server sekarang. Ini berarti, bila seluruh server di dunia menggunakan produk DDR3 tersebut, dalam setahun akan terjadi penghematan 95 Tera Watt Hour atau setara dengan listrik yang dipakai untuk menyalakan 8,3 juta rumah setahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com