Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Krisis Eropa Mungkin Awal 2012

Kompas.com - 17/09/2011, 13:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komite Tetap Pengembangan Industri Primer Pertanian Kadin Indonesia Adhi S Lukman menyampaikan, dampak krisis Uni Eropa dapat mulai terasa pada awal tahun 2012. Ini memungkinkan sekalipun pangsa pasar ekspor nasional ke wilayah tersebut tidak besar.

"(Krisis) Eropa ini terus terang di Indonesia belum terasa, ya. Namun, kita harus waspada karena dampaknya biasanya tidak langsung ya. Ini yang kami lihat nilai tukar sudah mulai agak goyang-goyang sedikit. Namun, secara (keseluruhan) ini belum begitu terasa," ujar Adhi di Gedung BI, Jakarta, Jumat (16/9/2011) sore.

Terhadap krisis di wilayah tersebut, Adhi mendengar bahwa krisis lebih berat ketimbang di Amerika Serikat. Ini mengingat Uni Eropa terdiri atas 27 negara, sementara AS merupakan satu negara.

"Itu (AS) langsung diselesaikan atau sepakat satu negara itu sudah beres. Namun, (Uni) Eropa ini (terdiri atas) 27 negara, (bahkan) saya dengar ada beberapa negara yang sudah mau keluar dari (Uni) Eropa, yang menjadi isu-isu penting. Kalau satu negara keluar, itu berantakan karena mereka satu union, satu community. Nah, ini yang berat," ujar Adhi.

Menurut dia, kalau perpecahan itu sampai terjadi, ekspor nasional akan terganggu. "Sementara ini, kalau ekspor kan kontrak 3-6 bulan. Kalau sampai benar Eropa terganggu, akibatnya kontrak itu mungkin setelah enam bulan kemudian baru terasa. Wah, berarti awal tahun 2012 itu kira-kira mulai baru terasa," katanya.

Sementara itu, tutur dia, perdagangan sekarang ini hanya menyelesaikan kontrak lama. Terkait ekspor nasional ke Eropa, dia menyebutkan, salah satunya yang cukup besar, yaitu ekspor makanan dan minuman dengan nilai sekitar 500 juta dollar AS.

"Namun, memang tidak begitu terasa (dampak krisis yang sekarang). Tidak seperti China yang 60 persen produknya itu tergantung ekspor. Indonesia kecil sekali ya," tuturnya.

Oleh sebab itu, Adhi menuturkan, Indonesia harus waspada dan mencari alternatif pasar. Salah satunya, dia menyebutkan wilayah Timur Tengah yang sudah mulai tenang.

"(Pasar) Asia tetap harus kita genjot, terutama India, termasuk potensi yang harus kita genjot juga karena itu penduduknya besar. Dan, kita sekarang sedang penjajakan FTA (free trade area) juga dengan India," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Spend Smart
Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com