Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Akan Tiba di Sini

Kompas.com - 28/09/2011, 03:19 WIB

Jakarta, Kompas - Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengakui, bagaimanapun, efek krisis Eropa akan sampai ke Indonesia. Namun, karena ketergantungan ekspor ke Eropa tidak terlalu besar, Indonesia hanya akan menerima efek kedua.

”Yang penting bagi kita adalah bagaimana mengurangi sekecil mungkin dampak dari krisis tersebut. Kalau tidak ada pengaruhnya sama sekali, itu tidak mungkin. Tapi kita punya pengalaman di 2008, kita bisa mengurangi dampak, bahkan bisa dikatakan hampir tidak terkena dampak,” kata Hatta di Jakarta, Selasa (27/9).

Pernyataan senada juga disampaikan Hatta Rajasa saat membuka Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia XXIII di Medan, Sumatera Utara, Senin malam.

Untuk mengantisipasi pembalikan arus modal masuk dan dampak buruk penurunan ekonomi global, kata Hatta, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah pengaman, yakni kerja sama dengan Bank Indonesia untuk pembelian surat berharga negara (SBN), pembelian SBN dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pembentukan dana stabilisasi obligasi, serta penyiapan dana saldo anggaran lebih untuk mendukung stabilisasi pasar SBN domestik.

Selain itu, lanjut Hatta, pemerintah sedang merancang pemberian stimulus fiskal untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri. ”Maka, kemampuan penyerapan anggaran amat penting agar kebijakan pemberian stimulus ini dapat memberikan dampak ke perekonomian,” kata Hatta.

Pemerintah juga tengah mempercepat kesiapan perangkat hukum untuk menghadapi krisis atau membuat protokol krisis agar para pengambil keputusan tidak ragu apabila memang harus mengambil keputusan yang penting untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia.

Cukup sehat

Secara terpisah, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono menjelaskan, sejumlah indikator menunjukkan fundamen ekonomi Indonesia yang cukup sehat dan kuat. Harga komoditas primer yang tinggi bisa menjadi faktor yang menyelamatkan Indonesia dari krisis. Cadangan devisa mencapai 122 miliar dollar AS per pertengahan September lalu, atau dua kali lipat tahun 2008. Rasio utang dibandingkan produk domestik bruto (PDB) senilai 25,6 persen juga cukup sehat.

”Apalagi, kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 1998-1999 atau 2008-2009,” kata Tony.

Cadangan devisa Indonesia pada tahun 1998 sekitar 20 miliar dollar AS dan pada tahun 2008 sekitar 60 miliar dollar AS. Rasio utang terhadap PDB negara lain seperti Amerika Serikat sekitar 102 persen dan Yunani sekitar 137 persen. ”Indonesia lebih kuat,” kata Tony.

Menurut Tony, sejumlah kombinasi solusi global tengah dikerjakan untuk menghindari krisis. China, Brasil, dan Rusia membantu membeli obligasi Yunani. Negara kreditor memberikan keringanan pembayaran kembali utang Pemerintah Yunani, dengan penjadwalan kembali utang yang jatuh tempo. AS dapat menurunkan suku bunganya hingga 0,1 persen seperti Jepang.

AS juga dapat melakukan pelonggaran likuiditas (quantitative easing) untuk mendorong likuiditas pasar uang serta mengejar tambahan pajak penduduk kaya sehingga memperoleh pendapatan pajak 1,5 triliun dollar AS. (LAS/IDR/WSI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com