Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asuransi Belum Dinikmati Semua Lapisan Masyarakat

Kompas.com - 26/10/2011, 10:03 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK, Isa Rachmatarwata, mengungkapkan, pemerintah, dalam hal ini lembaga yang dipimpinnya, akan mendorong industri asuransi jiwa maupun kerugian untuk bisa mengelola risiko yang dihadapi oleh individu dalam masyarakat. Industri akan didorong untuk berkreasi dalam menghasilkan produk-produk asuransi.

Kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (25/10/2011), Isa mengatakan, bahwa pemerintah memang mempunyai rencana induk (masterplan) bagi pasar modal dan lembaga keuangan non-bank, di dalamnya termasuk industri asuransi, khususnya untuk periode 2010-2014. Rencana induk ini sebenarnya bukan hal yang baru. Artinya, sudah pernah dikeluarkan sebelumnya, seperti rencana induk untuk tahun 2005-2009.

"Ada beberapa hal yang relevan dengan asuransi misalnya (pada) tujuan (nomor) dua, (yaitu) sarana investasi yang kondusif dan atraktif serta pengelolaan resiko yang handal," sebut Isa.

Terkait dengan sarana pengelolaan resiko yang handal, ia menjelaskan bahwa setiap individu pada dasarnya selalu menghadapi suatu risiko atau ketidakpastian. Apakah itu ketidakpastian penghasilan, risiko bahwa orang yang bertanggung jawab memperoleh penghasilan ini meninggal sebelum usia tua, hingga risiko pihak yang memperoleh penghasilan ini sakit atau uzur karena alasan-alasan yang lain, pada masa yang akan datang.

Dalam konteks ini, lanjut Isa, Biro Perasuransian Bapepam-LK ingin mendorong industri perasuransian baik jiwa maupun kerugian untuk bisa menjadi mitra bagi individu masyarakat untuk mengelola risiko itu. Misalnya, masyarakat yang meninggal bisa dapat santunan kematian, atau mendapat pembayaran secara berkala (anuitas) kepada keluarga yang ditinggalkan.

Akan tetapi, terang Isa, ada satu hal yang mengganjal yaitu faktor saving. Menurutnya, dalam menyiapkan kesinambungan hidup di hari depan tergantung dari saving. "Jadi apa yang dibayarkan sebagai premi saat ini, itu dikumpulkan dan bisa menjadi tabungan untuk pemegang polis atau si tertanggung itu," jelas dia.

Faktor tersebut lantas yang membuat produk asuransi tidak bisa dimiliki oleh semua lapisan masyarakat. Dengan kata lain, produk-produk asuransi ini secara tradisional mahal biasanya karena mengandung komponen saving. "(Jadi) kita ingin mendorong perusahaan (asuransi) itu berkreasi (dan) berinovasi menciptakan produk-produk yang karakternya seperti itu tadi yang bisa dijangkau oleh masyarakat," harap Isa.

Karena saat ini, hanya masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah ke atas yang bisa membeli produk-produk seperti ini. "Nah, kita akan coba dorong industri ini untuk berkreasi, berinovasi secara sehat menghasilkan produk-produk sejenis yang bisa dijangkau masyarakat yang lain," tegas dia.

Berdasarkan catatan dalam rencana induk Bapepam-LK bagi pasar modal dan lembaga keuangan non-bank untuk tahun 2010-2014, apabila dilihat rasio antara premi dan PDB, peran industri asuransi dalam perekonomian khususnya sebagai sarana investasi dan pengelolaan risiko masih relatif kecil.

Rasio antara premi dan PDB, atau dikenal sebagai tingkat penetrasi asuransi, pada akhir tahun 2009 tercatat 1,93 persen. Rasio ini tercatat mengalami pertumbuhan walaupun fluktuatif, yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 tercatat sebesar 1,64 persen, 1,54 persen, 1,88 persen, dan 1,76 persen.

Oleh sebab itu, dalam rencana induk tersebut, pemerintah akan berupaya untuk meningkatkan penyebaran dan kualitas keterbukaan informasi, diversifikasi instrumen pasar modal dan skema jasa keuangan non bank, mengembangkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank berbasis syariah, meningkatkan kemudahan dalam bertransaksi, mengembangkan skema perlindungan pemodal dan nasabah, hingga mengembangkan pasar sekunder surat utang dan sukuk serta pengawasannya. Upaya ini akan dilakukan dalam rentang waktu lima tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com