Dewan ini juga mendesak pemerintah agar tidak lagi asal-asalan menentukan tata niaga bawang merah.
Kongres yang diikuti 35 peserta dari sembilan provinsi ini sekaligus menyepakati Ranggasasana sebagai Ketua Umum Dewan Bawang Merah RI (2011-2016). Dalam kepengurusan, ia dibantu Mudatsir selaku sekretaris jenderal dan Sunarto sebagai bendahara umum. Total ada 32 orang dalam kepengurusan ini. Selain petani, pengurus berasal dari unsur produsen pupuk dan distributor bawang merah.
Sesaat setelah terpilih, Ranggasasana mengatakan, langkah pertama yang akan diambil adalah menemui presiden dan menteri terkait, seperti Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Koordinator Perekonomian. ”Persoalan bawang harus menjadi perhatian pemerintah,” kata Ranggasasana.
Ia menegaskan, Dewan Bawang Merah tidak mewakili kekuatan politik apa pun, termasuk jika dikaitkan dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). ”Kami siap bekerja sama dengan semua kelompok terkait, termasuk Kontak Tani Nelayan Andalan dan kelompok komoditas lain,” katanya.
Fokus perjuangan Dewan Bawang pertama adalah pembentukan regulasi bawang merah, khususnya soal ekspor dan impor. Dalam hal ini, pemerintah dinilai abai terhadap kesejahteraan petani karena justru mengimpor bawang merah pada saat petani lokal sedang panen.
”Kemudahan permodalan juga menjadi hal pokok yang mesti difasilitasi pemerintah melalui perbankan. Sebab, untuk menanam bawang merah diperlukan modal Rp 70 juta-Rp 75 juta per hektar,” kata Ranggasasana.
Tentang target swasembada bawang pada 2015, Dewan Bawang Merah mendesak pemerintah memperbaiki infrastruktur pertanian, terutama irigasi.
”Sebagai gambaran, petani mengeluarkan Rp 2,5 juta per hektar untuk mengairi lahan. Biaya ini mestinya bisa ditekan jika saluran irigasi berfungsi baik. Tanpa perbaikan itu, swasembada bawang mustahil tercapai,” kata Ranggasasana yang mengelola 50 hektar lahan di Brebes, Jawa Tengah.
Untuk ketersediaan pupuk, dewan ini siap bekerja sama dengan produsen pupuk, salah satunya Alam Tani Semesta di Mojokerto, Jawa Timur.