Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minum Teh Sambil Berdiskusi

Kompas.com - 06/12/2011, 10:51 WIB

ADA lima meja di kedai teh talua’ yang tersedia dan bisa menampung hingga enam orang di setiap unitnya. Pengunjungnya datang dari berbagai kalangan. Pekerja, mahasiswa, buruh, dan pedagang berbaur dengan para aktivis.

Selain teh talua’ yang jadi andalan, di kedai yang tak jauh dari Pasar Raya, Kota Padang, itu juga ditawarkan sejumlah menu, seperti ayam bakar, ikan bakar, telur dadar, ayam bumbu cabai merah, ikan goreng, gulai daging cincang, dan dendeng cabai hijau. Satu porsi makanan ditawarkan antara Rp 9.000 dan Rp 10.000, sementara teh talua’ ditawarkan Rp 5.000 setiap gelasnya.

Kedai teh talua’ didirikan tahun 1984 oleh pasangan Emawati dan Butmen (almarhum). Kini kedai dilanjutkan oleh anak-anak mereka, yaitu Nurfajri (30), Irvan (29), dan Nurlaili (20), beserta sejumlah sepupunya

”Kami lima bersaudara, tetapi yang mengelola kedai hanya kami bertiga dan kemenakan-kemenakan orangtua. Baru pada saat bulan suci Ramadhan ada saudara kandung yang turut membantu kami sambil membawa anaknya,” kata Nurlaili.

Emawati, yang berasal dari Bukittinggi, kadang kala juga ikut terjun langsung mengelola kedai itu. Kedai itu bermula dari upaya almarhum Butmen yang berasal dari keluarga pengelola kedai masakan di Padang Panjang.

”Dulu kedai ini berada di dalam lokasi Pasar Raya, tetapi kami hanya boleh buka sampai sore hari,” kata Nurlaili.

Masa awal berdirinya kedai itu juga hanya bermodalkan sebuah gerobak dagang dan becak pengangkut perkakas kedai berikut semua menu yang ditawarkan. Itu diperoleh setelah Butmen yang meninggal pada Januari menjual sebagian harta bendanya. Kemudian diputuskan mencari lokasi lain untuk berjualan. Namun, kedai itu sempat vakum hingga kemudian dimulai lagi sejak tahun 1995.

Setelah gempa bumi pada 30 September 2009 pun kedai sempat tutup. Lalu, kembali buka pada hari ketiga setelah gempa dengan menempati lokasi di sisi lain kota. Kini kedai yang buka selepas magrib hingga sekitar pukul 01.00 dini hari itu berada di depan sebuah toko suku cadang kendaraan bermotor. Persis di seberang sebuah kantor cabang bank milik negara di Jalan M Yamin, Kota Padang.

Dari hasil kedai itu, keluarga Emawati bisa hidup relatif sejahtera. ”Hasilnya sebidang tanah dan rumah kami kini yang sudah diperbaiki lebih bagus. Anak-anak juga bisa bersekolah,” katanya. (INK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com