Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UMKM Bengkulu Telantar

Kompas.com - 14/12/2011, 20:30 WIB
Adhitya Ramadhan

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Perhatian pemerintah daerah terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah di Bengkulu minim. Pembinaan dan promosi yang seharusnya difasilitasi pemerintah tidak berjalan optimal. UMKM di Bengkulu pun telantar.

Demikian benang merah yang disampaikan perajin kulit lantung Tentr em Sri Minarsih dan perajin batik besurek Sumaryatin di Kota Bengkulu, Rabu (14/12/2011).

Sri mengatakan, pameran menjadi ajang yang tepat untuk UMKM mempromosikan produknya. Namun sayangnya selama ini pemerintah daerah tidak memberikan kesempatan merata kepada UMKM untuk mengikuti pameran. Akibatnya, UMKM kerap harus mengeluarkan biaya sndiri untuk ikut pameran.

"UMKM yang dibawa ke pameran terkadang malah usaha milik keluarga kepala daerah atau pejabat dinas. Produk pelaku UMKM yang sesungguhnya hanya dititipkan di gerai pameran dan diklaim milik mereka . Beberapa UMKM terpaksa ikut pameran atas biaya sendiri," tutur Sri.

Kalaupun ada UMKM yang diajak uang saku mereka dipotong sementara mereka harus menandatangani surat pertanggungjawaban sesuai plafon anggaran. Ketidakpedulian pemerintah semakin tergambar ketika yang diberangkatkan mengikuti pameran justru orang-orang pemerintahan sendiri dan bahkan istri kepala dinas yang kepentingannya tidak jelas.

Jika ada UMKM yang maju, kata Sri, itu hasil usaha sendiri dan bukan atas jasa pemerintah daerah.

Sumaryatin menambahkan, kegiatan pelatihan bagi UMKM juga berlangsung tanpa arah yang jelas karena hanya berorientasi proyek. Pelatihan dan pembinaan tidak didasarkan atas kebutuhan UMKM di lapangan.

Khusus untuk UMKM batik besurek di Bengkulu, kata Sumaryatin, seharusnya bisa berkembang pesat seiring dengan pemakaian seragam batik di lingkungan instansi pemerintah, swasta, bahkan seragam anak sekolah. Namun, yang terjadi ialah UMKM batik justru tersingkir oleh tekstil bermotif batik besurek Bengkulu yang dibuat di Pekalongan atau Yogyakarta.

Sumaryatin yang juga pemilik Bens Collection itu menuturkan, anggaran seragam batik di tiap daerah pasti mencapai ratusan juta rupiah. Jika pesanan seragam batik diberikan kepada UMKM maka ekonomi rakyat akan menggeliat. Tapi ini, kan, tidak. Istri bupati, pegawai dinas, atau kepala sekolah yang justru memasok seragam batik dengan cara memesan ke Pekalongan.

Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Provinsi Bengkulu Pradian, menyampaikan, Pemprov Bengkulu sudah berkali-kali membawa pelaku UMKM mengikuti pameran di berbagai kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Batam, dan Palembang.

Dengan anggaran yang terbatas tentu pemerintah tidak bisa membawa banyak pelaku usaha ke pameran dalam satu kesempatan.

Menurut Pradian, UMKM di Bengkulu menghadapi beberapa kendala yaitu keterbatasan modal, inovasi produk, dan kemasan produk.

"Bidang UKM ini hanya melakukan kegiatan sosialisasi Kredit Usaha Rakyat dan penumbuhan sentra usaha. Untuk peningkatan kemasan dan inovasi produk bukan bagian kami," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com