Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Terkendali di Tengah Subsidi

Kompas.com - 03/01/2012, 01:40 WIB

Jakarta, Kompas - Inflasi tahun 2011 tercatat 3,79 persen, jauh di bawah target inflasi pemerintah yang dipatok 5,7 persen dan target Bank Indonesia 5 plus-minus 1 persen. Angka itu juga lebih rendah daripada capaian 2010, yakni 6,96 persen. Namun, ekonom mengingatkan, angka inflasi itu terjadi di tengah subsidi harga bahan bakar minyak dan listrik yang membengkak sehingga memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan, inflasi tahun 2011 adalah terendah kedua yang pernah dicapai Indonesia. ”Inflasi komponen inti menyumbang 4,34 persen melebihi inflasi umum. Tahun ini, inflasi lebih banyak didorong kenaikan harga komoditas, termasuk komponen inti. Untuk Desember inflasinya sebesar 0,57 persen,” ujar Suryamin di Jakarta, Senin (2/1).

Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi dengan 1,62 persen. Kelompok ini punya andil terbesar terhadap angka inflasi, yakni 0,57 persen. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau di urutan kedua dengan 0,50 persen pada Desember 2011.

Inflasi tertinggi tahun 2011 terjadi pada Agustus sebesar 0,93 persen karena adanya kenaikan harga emas perhiasan, ikan segar, beras, dan tarif angkutan udara. Sementara deflasi tertinggi 0,32 persen pada Maret, dengan komoditas penyumbang deflasi adalah cabai merah, beras, cabai rawit, dan bawang merah.

Menurut ekonom Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Mirza Adityaswara, harga komoditas tambang, energi, dan perkebunan pada tahun 2011 memang menurun karena resesi global sehingga harga bahan pokok cukup terkendali. Namun, jangan lupa bahwa harga BBM dan listrik masih disubsidi dan subsidinya membesar dari tahun ke tahun. Subsidi BBM dalam APBN 2012 dianggarkan Rp 123,599 triliun dan subsidi listrik Rp 44,96 triliun.

”Artinya, inflasi rendah itu juga disebabkan salah satunya oleh masih tingginya komponen subsidi energi. Inflasi memang lebih rendah, tetapi hal ini bisa dikatakan artifisial,” kata Mirza.

Meski demikian, salah satu sisi positif dari cukup rendahnya inflasi adalah munculnya rasa optimistis. Hal itu membuat suku bunga bisa dipertahankan rendah sehingga kredit perbankan tumbuh 25 persen dan ekonomi tumbuh 6,5 persen.

Menurut dia, jika ingin mempunyai inflasi yang rendah sekaligus APBN yang berkelanjutan, Indonesia harus mempunyai rencana jangka menengah (misalnya lima tahun). Itu akan fokus, antara lain, mengurangi subsidi energi secara gradual, tetapi tanpa mempersulit pendapatan masyarakat miskin.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor Hermanto Siregar mengatakan, inflasi yang rendah terjadi sebagai dampak rendahnya permintaan agregat. Sebagai contoh, harga-harga kebutuhan pokok tidak melonjak dan relatif stabil.

”Apakah hal itu bisa dipertahankan tahun 2012? Tergantung kondisi perekonomian eksternal. Kalau perekonomian dunia pulih, harga komoditas pangan dan energi naik lagi. Ini akan mengimbas ke harga komoditas di dalam negeri, bisa jadi inflasi naik. Namun, kenaikannya tidak akan terlalu drastis,” katanya.

Inflasi 2012 yang diperkirakan 5 persen juga sangat penting sebagai insentif bagi para produsen untuk giat berproduksi. ”Kalau tidak ada kenaikan harga, produsen, termasuk para petani, tidak punya insentif lebih untuk terus berproduksi,” katanya. Inflasi sekitar 5 persen sudah cukup kondusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi antara 6 persen dan 7 persen.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, meski inflasi tahun 2011 tergolong rendah, pemerintah tetap memproyeksikan inflasi 2012 di kisaran 5,3 persen. ”Kita berusaha menjaga inflasi terkendali,” katanya. (ENY/BEN/MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com