Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Bandara Perlu Dikebut

Kompas.com - 04/01/2012, 03:15 WIB

Jakarta, Kompas - Tahun 2012 menjadi saat kerja keras PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk merintis kereta bandara sekaligus mengoptimalkan kereta rel listrik. Keduanya tidak bisa dipisahkan karena sebagian besar jalur kereta bandara menggunakan rel yang ada, baik jalur lingkar maupun Duri-Tangerang.

PT KAI bertanggung jawab penuh terhadap kedua hal ini karena Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 secara eksplisit menugaskan PT KAI membangun jalur kereta bandara dan mengoptimalkan kereta rel listrik (KRL). Artinya, semua urusan teknis pembangunan dan operasional kereta bandara, termasuk pembiayaan, menjadi beban PT KAI.

Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan menargetkan kereta bandara mulai beroperasi pada akhir tahun 2013 atau dua tahun setelah perpres itu terbit.

Dalam sehari, direncanakan ada 72 perjalanan kereta bandara. Setiap rangkaian terdiri atas empat gerbong dengan kapasitas 50 tempat duduk per gerbong.

”Akan ada 15.000 kursi per hari yang tersedia dari Jakarta ke bandara dan sebaliknya,” kata Jonan, beberapa waktu lalu.

Perjalanan kereta bandara berawal dari dua stasiun, yakni Stasiun Manggarai dan Stasiun Sudirman. Kereta bandara ini lalu melewati jalur kereta Tangerang hingga menuju Bandara Soekarno-Hatta. Waktu tempuh ditargetkan 50-70 menit tanpa penyusulan sesama kereta bandara ataupun KRL Jabodetabek.

Sebagian besar jalur itu sudah tersedia, kecuali untuk persambungan dari jalur Tangerang ke bandara yang diperkirakan sepanjang 6 kilometer. Selain itu, lintas Tangerang yang kini masih satu jalur akan ditingkatkan menjadi jalur ganda.

Tender awal Januari

Proses tender untuk mendapatkan konsultan, menurut Kepala Humas PT KAI Sugeng Priyono, dimulai awal Januari ini. ”Harapannya, bulan ini sudah ada konsultan,” ujarnya.

Konsultan ini akan membuat studi kelayakan dan kajian teknis, termasuk pemilihan jalur dan perkiraan aneka kebutuhan untuk membuat jalur kereta hingga ke bandara.

Selain itu, PT KAI terus menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemprov Banten untuk membahas penyelesaian pelintasan sebidang, terutama yang dilewati jalur kereta bandara.

Pilihan bagi masyarakat

Wacana pembangunan kereta bandara di Jakarta sudah menyeruak sejak beberapa tahun lalu. Namun, pelbagai inisiatif dan rencana kandas hingga terbit Perpres No 83/2011.

Keberadaan kereta bandara setidaknya memberikan harapan bagi warga untuk mencapai bandara dengan waktu tempuh yang lebih terukur.

Selama ini, akses dari Jakarta menuju bandara hanya mengandalkan jalur jalan tol. Waktu tempuh juga sulit diperkirakan. Selain banjir dan kecelakaan lalu lintas, kemacetan pun membuat tidak ada kepastian.

Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta, Iskandar Abubakar, meyakini, masyarakat memerlukan kereta bandara. Pembangunan jalur ganda di lintas Tangerang juga ikut mengoptimalkan perjalanan KRL lintas Tangerang. Selama ini, perjalanan KRL Stasiun Tangerang-Duri masih relatif sedikit, 38 perjalanan per hari. Peningkatan stasiun di sepanjang jalur kereta bandara bisa dikerjasamakan dengan pihak swasta sebagai pusat bisnis.

Butuh perbaikan

Untuk itu, berbagai persoalan fisik harus dibenahi. Selain jalur kereta, stasiun juga perlu diperbaiki. Jamak diketahui, kondisi sebagian besar stasiun di Jabodetabek masih seadanya.

Sebut saja Stasiun Duri yang terletak di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Jalan aspal menuju stasiun ini tidak mulus. Pelataran parkir dan akses ke stasiun pun becek jika hujan turun. Belum lagi pasar tumpah yang menyeruak hingga ke pinggir rel di seputar Stasiun Duri. Sampah pasar ini sering mengganggu perjalanan kereta.

Stasiun yang menjadi tempat transit kereta bandara selayaknya memiliki lokasi yang cukup luas untuk kendaraan pengumpan yang akan mengantarkan calon penumpang sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas.

Jakarta perlu belajar dari pengalaman Bangkok. Akses ke peron kereta bandara di Bangkok tidak ramah bagi penumpang yang membawa banyak barang. Akibatnya, kereta bandara di sana tidak terlalu diminati. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com