Taipei, Kamis -
Menurut jajak pendapat sebelum pemilu di Taipei, Kamis (12/1), tampaknya Presiden Taiwan Ma Ying Jeou masih akan terpilih kembal. Partai nasionalis Kuomintang juga diprediksi dapat meraih mayoritas dengan selisih tipis di parlemen.
Dalam masa jabatannya, Ma mengambil kebijakan mempererat hubungan perdagangan dan ekonomi dengan Beijing. Jika dia terpilih kembali, hubungan ini tidak akan berubah.
Tetapi pesaing beratnya, Tsai Ing Wen dari Partai Demokratik Progresif (DPP), menyatakan akan terus melawan.
”Hubungan ekonomi yang kuat dengan China memang menguntungkan, tetapi tetap berisiko. Kita mungkin terlalu tergantung secara ekonomi dengan China, sebagai hasilnya kita mungkin harus membayarnya,” kata Tsai.
Sementara itu, beberapa pengamat yakin jika DPP menang, hubungan antara Beijing dan Taiwan akan telantar, setidaknya untuk sesaat.
Ketegangan di Selat Taiwan juga akan membawa masalah bagi AS yang merasa berkewajiban membantu Taiwan mempertahankan diri jika diserang. AS juga akan memilih presiden pada tahun ini. Washington memiliki beberapa persoalan dengan China, antara lain soal perdagangan dan kurs mata uang, keamanan maritim di Laut China Selatan, serta strategi militer baru AS di Asia Pasifik.
China juga memasuki masa transisi karena Presiden Hu Jintao dan pemimpin lainnya bersiap menyerahkan kekuasaan kepada generasi lebih muda pada Kongres Partai Komunis akhir 2012 mendatang. Wakil Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan menjadi presiden baru serta menjadi pemimpin Partai Komunis menggantikan Hu Jintao.
Sejak kepemimpinan Ma, sudah ada 2 juta orang China yang berkunjung ke Taiwan.
Ketika Taiwan memilih presiden secara langsung pertama kalinya pada 1996, China meluncurkan misil ke perairan Taiwan. Langkah pemilihan langsung itu dipandang sebagai cara Taiwan untuk semakin cepat memerdekakan diri. Ketika itu, AS membalas dengan mengirimkan satu armada terbesarnya di kawasan.
Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi pemberontak dan beranggapan penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan hambatan bagi hubungan China dan AS. Ironisnya, kubu Kuomintang yang kalah pada perang sipil tahun 1940 melawan komunis, saat ini semakin dekat dengan Beijing.