Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS dan China Amati Terus Perkembangan

Kompas.com - 13/01/2012, 03:21 WIB

Taipei, Kamis - AS dan China memperhatikan dengan saksama pemilu di Taiwan akhir pekan ini. Ada kekhawatiran jika kubu oposisi memenangi pemilu dapat meningkatkan ketegangan hubungan antara Taiwan dan China.

Menurut jajak pendapat sebelum pemilu di Taipei, Kamis (12/1), tampaknya Presiden Taiwan Ma Ying Jeou masih akan terpilih kembal. Partai nasionalis Kuomintang juga diprediksi dapat meraih mayoritas dengan selisih tipis di parlemen.

Dalam masa jabatannya, Ma mengambil kebijakan mempererat hubungan perdagangan dan ekonomi dengan Beijing. Jika dia terpilih kembali, hubungan ini tidak akan berubah.

Tetapi pesaing beratnya, Tsai Ing Wen dari Partai Demokratik Progresif (DPP), menyatakan akan terus melawan.

”Hubungan ekonomi yang kuat dengan China memang menguntungkan, tetapi tetap berisiko. Kita mungkin terlalu tergantung secara ekonomi dengan China, sebagai hasilnya kita mungkin harus membayarnya,” kata Tsai.

Sementara itu, beberapa pengamat yakin jika DPP menang, hubungan antara Beijing dan Taiwan akan telantar, setidaknya untuk sesaat.

Presiden baru

Ketegangan di Selat Taiwan juga akan membawa masalah bagi AS yang merasa berkewajiban membantu Taiwan mempertahankan diri jika diserang. AS juga akan memilih presiden pada tahun ini. Washington memiliki beberapa persoalan dengan China, antara lain soal perdagangan dan kurs mata uang, keamanan maritim di Laut China Selatan, serta strategi militer baru AS di Asia Pasifik.

China juga memasuki masa transisi karena Presiden Hu Jintao dan pemimpin lainnya bersiap menyerahkan kekuasaan kepada generasi lebih muda pada Kongres Partai Komunis akhir 2012 mendatang. Wakil Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan menjadi presiden baru serta menjadi pemimpin Partai Komunis menggantikan Hu Jintao.

Sejak kepemimpinan Ma, sudah ada 2 juta orang China yang berkunjung ke Taiwan.

Luncurkan misil

Ketika Taiwan memilih presiden secara langsung pertama kalinya pada 1996, China meluncurkan misil ke perairan Taiwan. Langkah pemilihan langsung itu dipandang sebagai cara Taiwan untuk semakin cepat memerdekakan diri. Ketika itu, AS membalas dengan mengirimkan satu armada terbesarnya di kawasan.

Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi pemberontak dan beranggapan penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan hambatan bagi hubungan China dan AS. Ironisnya, kubu Kuomintang yang kalah pada perang sipil tahun 1940 melawan komunis, saat ini semakin dekat dengan Beijing. (AP/AFP/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com