JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Tony Prasetiantono memberikan usulan dua opsi untuk membatasi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Opsi paling gampang, menurut dia, adalah menaikkan harga BBM bersubsidi.
"Opsi ada dua. (Opsi) yang paling gampang (sambil) tutup mata (adalah) menaikkan harga BBM pada level yang affordable Rp 1.000 rupiah," ujar Tony dalam acara Economic Outlook From Feng Shui Perspective, di Jakarta, Kamis (2/2/2012).
Dengan kenaikan itu, kata dia, dampaknya adalah pertambahan inflasi. Tetapi, menurutnya, pertambahan inflasi dengan kenaikan harga Rp 1.000 paling hanya 1 persen. Dengan angka inflasi sekarang ini berada kurang dari 4 persen, penambahan itu tidak seberapa.
Tony mengemukakan, opsi kedua adalah menerapkan jenis harga BBM secara bersamaan. Pertama, harga BBM yang diperuntukkan bagi pengendara sepeda motor. Kedua, harga BBM khusus untuk mobil dengan subsidi sebagian (partially subsidized). "Karena sekarang ini banyak mobil yang umurnya tua," tambah Tony sebagai alasan mengapa tetap diberikan subsidi kepada mobil. Tetapi, kata dia, secara perlahan mobil yang sudah berusia tua bisa dikurangi seperti halnya di negara lain.
Dengan pertimbangan kondisi umur mobil, kata dia, mungkin harga BBM yang bisa dikenakan Rp 6.500 per liternya. Opsi kedua ini pun, kata dia, tetap ada risikonya, yakni pengguna mobil tua bisa beralih ke sepeda motor. "Opsi pertama yang paling gampang, pemerintah enggak usah pusing-pusing. Ada risiko, ya inflasi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.