Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata dan UMKM Bali Prospektif

Kompas.com - 14/02/2012, 03:07 WIB

Denpasar, Kompas - Bank Indonesia Denpasar memprediksi perekonomian lokal masih dibayangi kondisi perekonomian global yang belum pulih. Krisis tersebut bakal berdampak kepada sektor riil dan sektor keuangan daerah. Namun, Bank Indonesia optimistis masih ada titik cerah bagi perekonomian Pulau Dewata yang terdongkrak dari industri pariwisata.

Selain pariwisata, tren pergerakan ekspansi kredit bank umum juga meningkat. Tahun 2011, pergerakan ekspansi kredit di Bali menunjukkan tren positif meski pemberiannya masih berkisar di konsumsi, bukan di bidang produktif. Tahun 2011, total kredit bank umum tercatat Rp 30, 576 triliun dari total dana pihak ketiga sekitar Rp 45 triliun.

Pemimpin Bank Indonesia Denpasar Jeffrey Kairupan mengharapkan pihak perbankan meningkatkan kepercayaan terhadap industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa bergejolak. ”Bagaimanapun pariwisata Bali tetap berpotensi positif dan ini bakal berdampak kepada industri UMKM. Industri ini diprediksi memiliki kekuatan untuk bertahan menghadapi krisis,” katanya pada Seminar Outlook Ekonomi 2012 di kantornya, Senin (13/2).

Ia pun berharap perbankan dan lembaga keuangan lainnya juga membantu dalam memperluas akses UMKM dan tidak hanya memberikan kredit tanpa bimbingan. Jeffrey menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata masih optimistis pada 6,2 persen hingga 6,6 persen tahun ini dari pertumbuhan tahun 2011 yang berada di 6,5 persen.

Wisatawan asing tercatat 2,9 juta orang datang ke Pulau Dewata sepanjang 2011 melalui Bandara Internasional Ngurah Rai. Wisatawan dari Australia, China, Jepang, dan Eropa masih mendominasi.

Pengamat ekonomi Aviliani dan pengamat pariwisata Bagus Sudibya berpendapat senada dengan Jeffrey. ”Pemerintah daerah perlu memperhatikan keberadaan perekonomian menengah, terutama di industri kecil dan menengah. Kebijakan lokal harus berpihak kepada mereka dan tetap perlu pengawasan serta bimbingan,” kata Aviliani.

Singkat

Sementara itu, Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluhkan singkatnya waktu singgah wisatawan mancanegara ke Daerah Istimewa Yogyakarta yang rata-rata hanya satu hari.

”Kebanyakan dari Eropa hanya singgah sebentar di Yogyakarta karena sebelumnya mereka sudah mendarat di bandara-bandara berukuran besar, seperti Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Dari Bali, mereka biasanya baru datang ke Yogyakarta lewat jalan darat,” kata Ketua Asita DIY, Edwin Ismedi Himna, Senin (13/2). (AYS/ABK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com