Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerdas Mengemas Bisnis

Kompas.com - 20/02/2012, 08:09 WIB
Abun Sanda

Penulis

KOMPAS.com - Menarik menyimak terobosan para pengembang di beberapa kota besar. Kompetisi bisnis properti yang semakin keras dan penuh inovasi berani di lapangan, para pengembang berusaha optimal meraih kinerja fantastis.

Ada yang menggabungkan antara lokasi, desain bagus, integritas perusahaan, dan membangun sendiri infrastruktur. Ada yang membangun kompleks hunian, perkantoran, dan belanja dengan penekanan pada konsep hijau. Dari pembangunan ini, perusahaan mendapat penghargaan dan ini berarti pengakuan dari lembaga bergengsi dan publik. Masyarakat diharapkan tertarik dan membeli produk yang ditawarkan. Perusahaan lain bermain pada utak-utik harga dan sistem pembayaran, sesekali menggunakan arsitek kenamaan, lokasi strategis serta fasilitas.

Kendati semua korporat besar bertarung cerdas, tetap saja ada yang nomor satu. Yang nomor satu memang fenomenal dan unsur ”lucky” juga besar. Sketsa proyek baru dikerjakan, belum ada tanda pembangunan dan penjualan belum dibuka. Akan tetapi, para pemburu sentra hunian dan perkantoran sudah mengantre panjang.

Seorang pengembang menuturkan, separuh dari proyek sentra hunian dan bisnis yang hendak ia bangun sudah ”dibeli”. Para pebisnis dan para calon pembeli bersikeras ”menitip” uang sebagai tanda ”pasti mengambil” unit yang bakal dijual. Dijelaskan, dua pekan lagi semua proyek mungkin sudah habis terjual karena antrean warga yang bersikeras hendak ”menitip uang pasti beli” sudah sangat panjang.

Pengembang ini memang punya reputasi tinggi. Proyek yang ia kerjakan berkualitas tinggi, infrastrukturnya oke, dan ada areal penampung air agar bebas banjir. Yang mengerjakan proyek-proyek tersebut umumnya anak-anak muda potensial. Proyek dari pengembang ini selalu menjadi buruan konsumen Jakarta. Konsumen yang sangat sadar haknya.

Sisi lain yang menarik adalah formula beberapa pengembang yang membangun sendiri infrastruktur, merelakan sebagian arealnya menjadi jalan raya baru, dan membuka akses jalan tol. Mereka mendesain rumah, perkantoran, dan sentra belanja hasil pengalaman puluhan tahun sebagai pengembang dan studi banding ke belasan negara dengan sejarah arsitektur hebat. Jualan pun laku. Nilai aset bersih per saham naik tajam.

Hal mencengangkan, usia chief executive officer perusahaan-perusahaan itu 26-40 tahun. Di Amerika Serikat, misalnya, anak muda yang duduk di kursi puncak manajemen umumnya dari start up company. Mereka lulusan sekolah elite, pernah bekerja di luar negeri sebagai arsitek dan ahli keuangan di perusahaan raksasa. Pekerja keras di lapangan. Segar dan cerdas mengemas bisnis.

Perjalanan karier mereka masih sangat panjang. Waktu yang kelak menguji apakah prestasi mereka tetap oke. Pada era penuh persaingan saat ini, siapa pun anak-anak muda itu, mereka selalu mengisi ”baterainya” agar tak ketinggalan. Mereka banyak membaca dan melihat di lapangan. (Abun Sanda)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com