Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

95 Persen Bahan Baku Obat Diimpor

Kompas.com - 10/03/2012, 02:33 WIB

Jakarta, Kompas - Sebanyak 90 persen kebutuhan obat nasional sudah dipenuhi industri farmasi di dalam negeri. Namun, 95 persen bahan baku obat yang digunakan masih diimpor, khususnya dari China dan India. Ketergantungan ini berisiko besar bagi ketahanan obat nasional.

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang di Jakarta, Jumat (9/3), mengatakan, pemenuhan obat nasional ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.

Produsen obat itu terdiri dari 204 perusahaan nasional, 28 perusahaan asing di Indonesia, dan 4 perusahaan badan usaha milik negara (BUMN). Kebutuhan obat di Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina sebagian besar diimpor.

Menurut Linda, tidak ada satu pun negara yang mampu memenuhi kebutuhan bahan baku obat secara mandiri. Nilai ekonomis produksi untuk menekan harga jual masih menjadi pertimbangan utama.

Rasio ideal pemenuhan bahan baku obat dalam negeri dan impor tidak bisa ditentukan secara keseluruhan, tetapi harus dilihat kasus per kasus, bergantung pada jenis bahan baku obat.

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Kemkes, T Bahdar Johan Hamid. Menurut dia, sejumlah literatur menyarankan, sebaiknya 60 persen kebutuhan bahan baku obat diproduksi di dalam negeri.

Tahun ini, pemerintah menargetkan bahan baku obat produksi dalam negeri mencapai 15 persen. Kenaikan porsi bahan baku obat dalam negeri diharapkan bertambah 5 persen tiap tahun hingga mencapai 25 persen pada tahun 2014.

Bahdar mengatakan, bahan baku obat yang paling banyak dibutuhkan dan sebagian besar diimpor adalah antibiotika dan parasetamol.

”Pemerintah tak bisa memaksa BUMN memproduksi bahan baku obat karena mereka kini perusahaan terbuka,” katanya.

Produksi

Menurut Linda, tahapan produksi bahan baku obat dimulai dari adanya industri kimia dasar, industri kimia menengah (intermediate), dan industri bahan baku obat. Saat ini Kementerian Perindustrian sedang menggagas industri kimia dasar.

Bahdar menambahkan, industri farmasi memilih mengimpor bahan baku obat karena harganya lebih murah. Pertimbangan impor ini murni karena alasan ekonomis. ”Soal kemampuan teknis membuat bahan baku obat, Indonesia sebenarnya bisa,” katanya.

Linda menyatakan, jika produksi bahan baku obat dalam negeri ingin dikembangkan dan ditingkatkan produksinya, produsen tidak bisa hanya mengandalkan industri farmasi dalam negeri. ”Mereka harus mampu mencari pangsa pasar ekspor,” ujarnya.

Pemerintah sedang mengupayakan insentif pengurangan pajak bagi industri bahan baku obat Indonesia. Usaha ini terkendala aturan yang menyebutkan pengurangan pajak hanya diperbolehkan untuk obat HIV/AIDS dan vaksin.

Namun, pemberian insentif ini dianggap tak memberikan dampak berkelanjutan bagi industri bahan baku obat. Dalam persaingan global, efisiensi dan perluasan pasar merupakan kunci keberhasilan industri bahan baku obat.

Obat generik

Terkait penggunaan obat generik yang masih rendah, Linda berharap pola pikir dan perspektif tenaga kesehatan serta konsumen terhadap obat generik tidak lagi menjadi masalah pada tahun 2014. Obat generik masih dianggap tidak bermutu karena harganya murah. Padahal, murahnya harga itu karena ditiadakannya biaya promosi dan harganya ditentukan oleh pemerintah.

Nilai rupiah obat generik nasional saat ini hanya menyumbang 8-11 persen dari penjualan obat nasional. Namun, volume penjualannya sudah mencapai 38 persen dari penjualan obat nasional. Di negara-negara maju, volume obat generik yang digunakan mencapai 70-80 persen.

”Konsumsi obat generik untuk penyakit kronis, seperti hipertensi dan diabetes melitus, terus naik hingga mencapai 60-70 persen. Tetapi, rata-rata konsumsi obat generik secara keseluruhan baru 38 persen,” katanya.

Penggunaan obat generik diperkirakan meningkat pesat saat cakupan menyeluruh (universal coverage) untuk jaminan pembiayaan kesehatan diberlakukan tahun 2014. Saat itu, volume obat generik diperkirakan bisa mencapai 90 persen dari konsumsi obat nasional. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com