Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirjen Migas: Dunia Cegah Harga Minyak Naik Tinggi

Kompas.com - 27/03/2012, 18:45 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Evita Legowo berpendapat bahwa harga minyak mentah tidak akan menyentuh angka 230 dollar AS per barrel. Ia yakin harga minyak mentah akan turun.

"Patokannya tahun 2008 kemarin. Begitu harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) 147 dollar AS per barrel saja, semua berusaha untuk menurunkan," kata Evita kepada Kompas.com di Kompleks DPR, Jakarta, Selasa (27/3/2012).

Ia menerangkan, saat tahun 2008, harga minyak mentah dunia maupun ICP naik begitu tinggi. ICP saat itu sempat menembus angka 147 dollar AS per barrel pada Juli 2008. Seiring dengan penurunan ekonomi dunia, harga minyak mentah pun turun. ICP langsung turun menjadi sekitar 40 dollar AS per barrel pada bulan September tahun yang sama. "Waktu itu sempat sampai 147 dollar AS. Tidak blek (drastis) banget sih enggak, tapi langsung turun," ujarnya.

Menurut Evita, harga minyak mentah tidak akan terus tinggi mengingat minyak masih menjadi sumber energi dunia. Ketika harga minyak tinggi, maka semua negara akan berusaha menurunkannya. "Ya, ada negara produsen dan konsumen. Semua seluruh dunia pada dasarnya akan menjaga harga minyak terlalu tinggi karena kalau terlalu tinggi, susah semua akan banyak terjadi," kata Evita.

Evita percaya bahwa ketika harga ICP sudah bergerak ke angka 140 dollar AS, akan ada upaya penurunan harga minyak oleh semua pihak. Dari sisi permintaan penawaran, misalnya, sejumlah negara akan melepaskan cadangan minyak strategis. "Dari sisi supply-demand, OPEC juga punya cara menyeimbangkan kebutuhan ini. Banyak, kita enggak sendiri kok," ujar Evita.

Hal sebaliknya dinyatakan oleh ekonom Aviliani. Ia mengatakan, faktor geopolitik dan penawaran-permintaan akan menyebabkan harga minyak dunia kian tinggi. Ia menyebutkan, harga minyak mentah bisa menembus harga 230 dollar AS per barrel pada tahun 2013 mendatang. "Enggak mungkin itu harga minyak mentah turun," ujar Aviliani di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, kondisi suplai minyak dunia sekarang cenderung turun. Produksi sumur-sumur minyak tidak lagi bisa meningkat. China sebagai konsumen energi terbesar di dunia, kata Aviliani, kini meningkatkan cadangan minyaknya. Otomatis suplai minyak dunia pun turun. Alhasil, permintaan dan penawaran minyak mentah pun tidak berimbang.

Kondisi permintaan dan penawaran yang demikian kemudian diperburuk lagi dengan kondisi geopolitik antara Iran dan negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ketegangan antara negara-negara tersebut lantaran Iran diduga mempunyai proyek senjata nuklir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com