Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Tuna Anjlok

Kompas.com - 28/03/2012, 02:51 WIB

CILACAP, KOMPAS - Cuaca buruk yang melanda Samudra Hindia sejak awal 2012 membuat aktivitas kapal-kapal penangkap tuna di perairan selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terhambat. Akibatnya, ekspor ikan tuna ke sejumlah negara di kawasan Asia pun anjlok hingga 70 persen.

Ketua Asosiasi Pengusaha Kapal Ikan Cilacap Sanpo, Selasa (27/3), mengatakan, selama Januari 2012 ekspor tuna dari Cilacap hanya 10-12 ton per hari. Jumlah itu turun tajam dibanding saat normal, rata-rata 40 ton per hari. Tujuan ekspor antara lain Jepang, China, dan Taiwan.

”Cuaca buruk mendominasi iklim di samudra. Akibatnya, aktivitas kapal tidak maksimal karena konsentrasi nelayan terpecah untuk menyelamatkan diri,” kata Sanpo.

Menurut Sanpo, dari 100 unit kapal longline penangkap ikan tuna yang di Cilacap, yang masih melaut hanya sekitar 20 kapal. Jika cuaca memburuk, kapal-kapal itu berhenti beroperasi.

Seperti pada awal Maret, saat gelombang mencapai 6 meter, hanya 10 kapal pencari tuna yang mampu menjangkau lautan lepas untuk mencari tuna. Adapun kapal lain berlindung di sejumlah pulau kecil dan pesisir pantai di Jawa Barat dan Jateng.

Menurut Sanpo, dalam kondisi cuaca normal, satu kapal pencari tuna mampu menangkap 2-3 ton per hari. Akan tetapi, karena cuaca buruk hampir merata di seluruh Samudra Hindia, hasil tangkapan hanya tersisa 1 ton per hari. ”Meski dua hari terakhir mulai reda, kami sudah keburu merugi. Jika cuaca buruk, kami tidak berani minta anak buah kapal terus mencari ikan karena berisiko tenggelam diempas ombak besar,” ujarnya.

Pemilik kapal ikan Bali Indah, A Hartono, mengaku, saat badai disertai gelombang tinggi melanda pesisir Cilacap, dari 26 kapal miliknya, hanya enam unit di antaranya yang beroperasi. ”Sisanya hanya bersandar di PPSC (Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap). Yang melaut pun enggak maksimal, tergantung cuaca di samudra. Kalau mendadak buruk, ya balik lagi,” ucapnya.

Ia mencontohkan, dia biasanya mampu mengekspor 10-20 ton ikan tuna per bulan, tetapi tiga bulan terakhir anjlok menjadi 5-7 ton per bulan. Produksi terbatas, ekspor ke Jepang pun terhenti. Ikan hasil tangkapan kapal-kapalnya hanya cukup memenuhi permintaan dalam negeri.

Hartono memperkirakan kerugian para pemilik kapal di Cilacap selama cuaca buruk ini mencapai miliaran rupiah. Pasalnya, biaya operasional kapal per hari Rp 3,5 juta atau Rp 100 juta per bulan. Biaya itu meliputi ongkos makan anak buak kapal sehari- hari dan pembelian bahan bakar minyak (BBM). Jika 20 kapal tidak beroperasi, kerugian sebulan mencapai Rp 2 miliar.

Kepala Seksi Kesatuan Penyelamatan Laut dan Pantai Kantor Administrator Pelabuhan Cilacap Hari Widiyanto mengimbau para pemilik kapal tidak memaksakan kapalnya berlayar jika cuaca buruk.

Analis cuaca Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Cilacap Teguh Wardoyo menilai, kondisi perairan selatan Jateng dan DIY cukup aman dilayari selama sepekan. Namun, situasi ini tidak menjamin kondisi pada pekan- pekan selanjutnya. (GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com