Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IKEA Masuk, Persaingan Pasar Mebel Makin Sengit

Kompas.com - 29/03/2012, 08:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengusaha furnitur lokal merasa tertantang dengan rencana peritel raksasa furnitur asal Swedia, IKEA, masuk ke Indonesia dua tahun lagi. Kehadiran IKEA ini akan menambah sengit peta persaingan pasar furnitur di Tanah Air.

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, mengakui, selama ini, kalangan industri furnitur di Indonesia terlalu asyik menggarap dan berekspansi di pasar ekspor. Alhasil, pasar lokal tak digarap secara optimal.

Tak heran, mereka gelagapan begitu menghadapi serbuan pemain furnitur dari luar negeri. "Kami baru masuk ke pasar Indonesia lima tahun lalu, sejak daya beli Eropa melemah," ujar Ambar kepada KONTAN, Rabu (28/3/2012).

Ambar menjelaskan, mau tak mau, pengusaha furnitur lokal harus lebih serius menggarap pasar lokal. Sebab, kondisi pasar di Amerika Serikat (AS) dan Eropa sedang jatuh. Jika tak menggarap pasar lokal, pebisnis furnitur lokal bisa surut.

Maklum, Ambar memprediksi, penjualan ekspor tahun ini akan ikut merosot 10 persen. Sebaliknya, penjualan dalam negeri justru berpotensi meningkat 10 persen, seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Nah, kondisi inilah yang menjadi daya tarik peritel furnitur asing. Menurut Ambar, selain IKEA, pasar furnitur Indonesia sudah lebih dulu digempur furnitur asal China. Menurut dia, sulit membendung serbuan furnitur luar negeri di tengah era pasar bebas seperti saat ini.

Ambar menjelaskan, kehadiran IKEA akan menjadi pesaing berat bagi para pemain lokal yang menggarap segmen menengah ke bawah. "IKEA akan bertempur dengan Olympics dan Ligna," ujarnya lagi. Ia menambahkan, menurut informasi yang ia peroleh, produk IKEA yang akan dijual di Indonesia akan diproduksi di Indonesia dan Vietnam.

Lokal tak gentar

Chief Executive Officer (CEO) PT Cahaya Sakti Multi Intraco, Eddy Gunawan, produsen furnitur merek Olympics, mengaku tidak gentar dengan masuknya IKEA. Dia mengklaim bahwa produk-produk Olympics mempunyai keunikan tersendiri.

Berbeda dengan pandangan Ambar, Eddy menyatakan segmen pasar IKEA dan Olympics sesungguhnya berbeda. "Mereka menyasar kelas menengah atas, kami menyasar menengah ke bawah," ujarnya kepada KONTAN.

Lagi pula, dari sisi jaringan pemasaran, Olympics tampak lebih siap. Saat ini, Olympics memiliki 3.600 jaringan penjualan di seluruh Indonesia, yang terdiri dari toko tradisional sampai gerai ritel modern seperti Carrefour, Hypermart, dan Lotte Mart.

Namun demikian, Eddy mengakui, Olympics harus berbenah demi menghadapi kehadiran pesaing baru ini, termasuk rencana kehadiran IKEA. Dus, perusahaan ini akan lebih fokus menggarap pasar yang ada dan mengerem ekspansi.

Apalagi, selain harus menghadapi serbuan pemain besar furnitur, pasar lokal juga dibanjiri produk tanpa merek dari China. Justru, Eddy lebih mengkhawatirkan serbuan furnitur asal China, lantaran harganya terlalu miring.

Dalam situasi seperti itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga berpeluang memukul daya beli masyarakat menengah bawah yang selama ini menjadi target pasar Olympics. "Target kami tahun ini bisa bertahan saja sudah bagus," ungkap Eddy tanpa menyebutkan realisasi penjualannya di tahun lalu.

Advertising and Promotion Departement Head PT Ace Hardware Indonesia Tbk, Teresa Wibowo, juga tak khawatir dengan kehadiran IKEA. Induk usaha Ace Hardware, Kawan Lama Sejahtera, adalah pengelola gerai ritel furnitur Informa Furnishings.

IKEA boleh dibilang akan menjadi pesaing Informa, lantaran menyasar segmen pasar yang serupa. Toh, Teresa menilai, kondisi seperti itu justru bisa membuat pasar bergerak. "Kami welcome terhadap kompetisi," tandas anak pertama Kuncoro Wibowo, pendiri Kawan Lama Group. (Adisti Dini Indreswari/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com