Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didik Rachbini: Monorel Perlu Dilanjutkan

Kompas.com - 07/04/2012, 22:20 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Didik J  Rachbini, bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan, cara untuk mengatasi kemacetan di Jakarta bukan dengan menambah jalan. Cara terbaik adalah dengan menambah sarana dan prasarana transportasi massal.

"Antara lain dengan mengembangkan MRT (mass rapid transit) dan monorel, serta menambah jumlah bus Transjakarta. Monorel harus dilanjutkan, bukannya dihentikan," kata Didik Rachbini dalam perjalanan dengan KRL dari Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat menuju Depok, Sabtu (7/4/2012).

Sebagaimana diketahui, monorel adalah salah satu sarana transportasi massal yang dicanangkan Pemprov DKI Jakarta di era Sutiyoso. Namun, pengembangannya dihentikan secara resmi pada tahun lalu setelah terkatung-katung selama tujuh tahun.

Penghentian disebabkan PT Jakarta Monorail disebutkan mengalami  kesulitan untuk mendatangkan investor dan biaya investasi yang terlalu tinggi. Saat ini, sisa-sisa proyek masih terlihat berupa tiang-tiang pancang yang antara lain terdapat di Jalan HR. Rasuna Said dan Jalan Asia-Afrika.

Didik sendiri tidak menyebutkan secara rinci alasan mengapa ia memiliki pertimbangan berbeda dengan Pemprov DKI Jakarta saat ini dan bagaimana proyek itu akan dilanjutkan. Meski demikian, ia menjelaskan, proyek dapat didanai dari tiga sumber, yakni APBD, APBN, dan dana investasi.

"Dua puluh persen bisa diambil dari anggaran transportasi daerah. Kita juga bisa melobi pemerintah pusat untuk mendanai proyek karena Jakarta menanggung beban sebagai ibukota negara," ulas mantan anggota DPR dari Fraksi PAN.

Sumber dana lainnya adalah dari investor. Sebagai langkah awal, pemerintah dapat bekerja sama untuk menalangi kerugian yang ditanggung pihak penanam modal jika pengguna moda transportasi itu minim.

Ia mencontohkan langkah yang diambil Fadel Muhammad saat menjabat Gubernur Gorontalo. Fadel mengundang salah satu maskapai penerbangan swasta untuk membuka rute penerbangan ke daerahnya dengan skema yang telah disebutkan sebelumnya. "Nyatanya penumpangnya tidak pernah kurang. Jadi, pemerintah juga akhirnya tidak merugi," ulas Didik.

Ia meyakini, dengan pengembangan monorel bersama MRT dan busway, kemacetan di Jakarta akan terurai. Selain banyak pengguna kendaraan umum yang bisa menemukan layanan transportasi publik ideal, jumlah angkutan umum jenis lain pun bisa berkurang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Whats New
    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Earn Smart
    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Earn Smart
    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Whats New
    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Whats New
    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    Spend Smart
    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Whats New
    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Whats New
    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Whats New
    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    Work Smart
    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Whats New
    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Whats New
    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Whats New
    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com