Jakarta, Kompas
”Penerapan hasil berbagai kegiatan riset secara terpadu sudah diusulkan menjadi kebijakan nasional. Ini terutama untuk membangun wilayah pedesaan yang selama ini tak ditunjang sumber daya manusia yang optimal,” kata Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Endang Sukara, Rabu (11/4), di Jakarta.
Kepala Pusat Inovasi LIPI Bambang Subiyanto, yang saat ini di Kabupaten Kampar, menyatakan, hasil-hasil riset yang diterapkan meliputi bidang pertanian berupa penggunaan pupuk cair
Di bidang energi terbarukan, diterapkan hasil riset biotrik LIPI. Dalam hal ini, kotoran ternak dijadikan biogas untuk sumber energi memasak dan pembangkit listrik.
”Diterapkan pola 4 : 3 : 2 : 1, yaitu empat kepala keluarga (KK) untuk mengelola peternakan, tiga KK untuk pertanian, dua KK untuk perikanan, dan satu KK untuk pengolahan hasil bumi. Lahan yang digunakan seluas dua hektar,” kata Bambang,
Satu KK yang menangani bidang peternakan akan mengelola 15 sapi. Menurut Bambang, kotoran sapi sejumlah itu dapat diolah untuk membangkitkan listrik 2.000 watt selama enam sampai delapan jam sehari, dan untuk memasak selama lima sampai enam jam sehari.
Endang mengatakan, pembangunan pedesaan berbasis kegiatan riset ilmiah dimulai sejak 17 tahun lalu melalui program ilmu pengetahuan daerah (iptekda). Namun, selama ini wilayah pedesaan belum bisa dikembangkan secara optimal tanpa kebijakan nasional yang terarah.
”LIPI sudah pernah mengusulkan agar hasil-hasil riset terkait pembangunan pedesaan diramu untuk dimanfaatkan menjadi kebijakan nasional. Penerapan hasil riset untuk pertanian terpadu di Kabupaten Kampar merupakan inisiatif pemerintah daerah itu,” kata Endang.