Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahan Obat Tak Mandiri

Kompas.com - 13/04/2012, 06:40 WIB

Jakarta, Kompas - Indonesia nyaris tidak memiliki industri bahan baku obat. Sejumlah upaya memproduksi bahan baku obat oleh perusahaan farmasi selama ini berujung kegagalan. Hal ini karena belum ada komitmen pemerintah.

”Bahan baku obat sangat penting dan menentukan hidup mati industri farmasi. Tetapi,

Indonesia masih mengimpor 95 persen bahan baku obat, terutama dari China dan India,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi sekaligus Ketua Indonesia Pharma Materials Management Club (PMMC), Kendrariadi, Kamis (12/4).

Ketua Bidang Bahan Kemas PMMC Teddy Iman Soewahjo mengatakan, ada sebuah perusahaan yang memproduksi parasetamol. Namun, baru berjalan lima tahun, usaha itu terseok-seok. ”Ada perusahaan yang memproduksi penisilin, tetapi hanya bertahan tujuh tahun, lalu berhenti,” ujar Teddy yang enggan menyebut nama perusahaan itu.

Ia mengatakan, produksi parasetamol dan penisilin itu menggunakan produk kimia menengah (intermediate) impor yang diolah menjadi bahan baku obat. Tahapan produksi bahan baku obat dimulai dengan industri kimia dasar, industri kimia menengah, dan industri bahan baku obat.

Dengan menggunakan produk kimia menengah, harga sulit bersaing dengan barang dari China dan India yang produksinya skala besar dan memiliki industri kimia dasar. Perusahaan farmasi pun memilih bahan baku yang harganya lebih ekonomis.

Komitmen pemerintah

Pembangunan industri bahan baku obat membutuhkan komitmen pemerintah. Kendrariardi mengatakan, di China, misalnya, pemerintah memberikan insentif pajak untuk produksi bahan baku obat. ”Setelah industri terbangun, insentif pajak mulai dikurangi,” ujarnya. Selain itu, riset dan teknologi juga harus dibangun.

Kendrariardi menambahkan, jika Indonesia bisa memproduksi bahan baku obat, termasuk bahan mentahnya, harga obat bisa lebih murah dan lebih terakses masyarakat. Bahan baku merupakan penyumbang besar harga obat, sekitar 25 persen.

Indonesia lebih dilirik sebagai target pasar bahan baku obat. Pertumbuhan pasar farmasi rata-rata 13,4 persen dengan pangsa pasar 37 persen di Asia Tenggara. Nilai pasar farmasi Indonesia diproyeksikan 6,1 miliar dollar AS tahun 2014.

”Karena itu, kami mendekatkan industri dengan pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” kata M Gandhi, Managing Director ASEAN Business United Business Media, yang akan menyelenggarakan pameran bahan baku obat internasional, Convention on Pharmaceutical Ingredients di Kemayoran, Jakarta, 10-12 Mei mendatang. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com