Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudhamek, Menjual ke Lima Benua

Kompas.com - 16/04/2012, 09:44 WIB

Abun Sanda

Sudhamek intinya hanyalah seorang penjual makanan dan minuman. Namun, Chief Executive Officer GarudaFood ini membawa perusahaannya merambah ke berbagai pasar level dunia. Produknya ”hanya” pelbagai jenis makanan kecil dan minuman ringan, tetapi membuatnya meraih sejumlah penghargaan sebab produknya kini sukses merambah pasar di lima benua.

Sudhamek meraih pelbagai penghargaan, di antaranya Ernst & Young Indonesia Entrepreneur of The Year 2004, The Most Admired CEO 2004, 2005, 2006, 2007 Big Companies Executives versi (majalah Warta Ekonomi) dan 11 Top Executive 2011 versi majalah Eksekutif. Ia selalu diajak berbicara berbagi kiat bisnis di pelbagai forum dalam dan luar negeri

Namun, beberapa tahun terakhir ini, Sudhamek (56) terkesan agak enggan bicara cerita kesuksesan perusahaan. Ia terkesan lebih suka menjadikan masalah moral, integritas, reputasi, loyalitas, dan saling menghargai sesama manusia.

Berikut petikan wawancara dengan suami Lanny Rosiana serta ayah dua putra dan satu putri ini ketika ditemui di kantornya baru-baru ini.

GarudaFood tumbuh signifikan dalam 20 tahun ini. Apa strategi Anda?

GarudaFood perusahaan biasa saja, bukan perusahaan besar. Kalau dikategorikan, mungkin lebih pas dimasukkan dalam kelompok menengah.

Namun, saya akan lebih tertarik kalau kita melihat bisnis itu tidak semata size-nya atau keuntungannya, tetapi apa makna dari sebuah bisnis. Apa manfaat yang ia berikan kepada publik. Aspek lain, jauh lebih bermakna kalau kita melihat proses dari sebuah bisnis yang selalu diwarnai dengan kultur dan etika. Budaya dan etika bisnis itulah yang kini dibutuhkan mumpung Indonesia diberi banyak karunia. Lalu, kalau kita berbicara tentang kelestarian bisnis, iya, kita mesti bicara tentang kultur.

Mengapa harus kultur?

Selama hampir 10 tahun ini, saya selalu menekankan aspek kultur bisnis sebab saya melihat ini sesuatu yang penting. Sebagian di antara pebisnis terkesan mengabaikannya. Kalaupun ada perhatian, hanya di urutan ke sekian. Padahal, pemilik perusahaan selalu memberi warna sangat dominan dalam jalannya roda bisnis. Kalau perusahaan itu ”diisi” dengan kultur yang baik, pada ujungnya akan menghasilkan sebuah perusahaan yang memesona, fantastik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com