PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Harga bahan bakar minyak (BBM) eceran di Kalimantan Tengah yang kian tak terkendali dikeluhkan masyarakat . Antrean di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang amat panjang dan rasa malas warga untuk membeli BBM dimanfaatkan para pedagang eceran dengan melambungkan harga.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palangkaraya, Yusup Roni Singapuar di Palangkaraya, Kalteng, Jumat (27/4/2012), mengatakan, pemerintah kabupaten/kota perlu m ngatasi harga BBM eceran yang semakin tak terkendali.
Penjualan BBM eceran yang terlanjur merebak membuat persoalan itu sudah sulit diatasi. Sebagian masyarakat memilih membeli BBM dari pedagang eceran karena antrean di SPBU bisa mencapai beberapa kilometer. Saat ini, harga premium eceran di Palangkaraya misalnya, sudah mencapai Rp 7.000 per liter.
"Bahkan, harga premium di pedalaman Kalteng bisa mencapai Rp 20.000 per liter. Harga itu jauh lebih mahal dibandingkan di SPBU sebesar Rp 4.500 per liter," ujarnya.
Kuswinarno (42), warga Jalan Rajawali, Palangkaraya, merasa dibodohi jika harus membeli harga BBM eceran yang bisa mencapai Rp 7.000 per liter. Karena itu, ia enggan membeli BBM eceran dan lebih memilih menghadapi antrean panjang di SPBU meski harus menghabiskan waktu hingga dua jam.
Kuswinarno menyadari, para pedagang itu juga perlu makan namun pemerintah seharusnya juga turun tangan dan mampu mengendalikan harga BBM eceran. Harga BBM yang masih dianggap wajar sebesar Rp 5.000 atau Rp 5.500 per liter, maksimal Rp 6.000 per liter.
"Kalau Rp 7.000 per liter, maaf. Itu menyangkut harga diri . Masalahnya, di Palangkaraya tidak seperti di Jawa yang banyak pilihan. Di sini, hanya ada SPBU Pertamina," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.