Solo, Kompas
”Film arus utama akan makin kuat jika ada film alternatif yang juga kuat. Keduanya bisa saling mendukung,” kata sineas Ifa Isfansyah di sela-sela Festival Film Solo (FFS), Kamis (10/5) malam. Hadir pula sineas Ariani Darmawan dan Joko Anwar.
Oleh karena dianggap hasil samping, pengenalan masyarakat pun belum besar terhadap film pendek.
”Saat FFI, saat acara pemberian penghargaan untuk film pendek, televisi memotongnya dan menggantikannya dengan tayangan iklan. Tidak heran kalau masyarakat belum banyak yang tahu keberadaan film pendek, hanya tahu film panjang seperti yang ditayangkan di bioskop atau televisi,” kata Ariani.
Untuk itulah, lanjut Ifa, festival seperti FFS yang menyajikan film pendek dibutuhkan. Di antaranya memberi ruang bagi keberadaan dan mendorong perkembangan film pendek.
Menurut Ifa, film pendek boleh dibilang sangat membebaskan. Pembuat film pendek biasanya terbebas dari pikiran bagaimana harus menjadikannya komersial atau pikiran lainnya. Film pendek juga memiliki audiens yang sangat luas.
”Meski masih dipandang marjinal, tak ada alasan bagi film pendek untuk tak bisa berkembang. Teknologi internet sangat mendukung perkembangan film pendek,” katanya.
Menurut Joko Anwar, motivasi pembuatan film pendek beragam. Hal itu di antaranya sarana pembelajaran menuju pembuatan film panjang, menyiasati biaya produksi, eksplorasi pembuatan film, dan agar ditemukan pencari bakat di dunia film.
”Secara umum, film pendek memang nilai komersialnya saat ini lebih rendah karena tak banyak televisi atau produser yang mau beli. Walaupun saat ini sedang tren omnibus atau gabungan film pendek yang dijadikan satu menjadi film panjang, film pendek tetap punya masa depan. Akan tetapi, sangat bergantung tangan kreatif di dalamnya,” kata Joko.