Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuai Prestasi dari Ulat Sagu

Kompas.com - 25/06/2012, 02:25 WIB

Kornelis Kewa Ama/ A Ponco Anggoro

Dari Papua, Mike Toam, anak muda yang bernama lengkap Mike Juneth Christin Toam, berhasil meraih prestasi pada Konferensi Internasional Peneliti Muda di Nijmegen, Belanda, pertengahan April 2012. Prestasi itu diraihnya lewat penelitian ulat sagu dan pengolahannya menjadi bahan campuran beragam makanan.

Spageti, roti lapis (sandwich), serta nasi goreng dan bakso, semua menggunakan bumbu ulat sagu. Itulah kreativitas yang diciptakan Mike, siswi kelas III SMAN 3 Jayapura, yang dilombakan pada konferensi di Belanda.

Lewat bumbu ulat sagu, remaja berusia 17 tahun ini meraih juara III kategori ilmu alam pada konferensi yang diikuti 150 pelajar dari 22 negara di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Eropa.

Karya Mike terkesan ”aneh”, tetapi justru dengan cara itu cita rasa baru makanan bisa tercipta. Makanan lebih bergizi dan bisa menghilangkan perasaan jijik, terutama bagi mereka yang tak biasa makan ulat sagu.

Ulat sagu yang berwarna putih kecoklatan, bertekstur lembut, dan memiliki kepala keras merupakan jenis ulat yang hanya ditemui pada tanaman sagu. Di Indonesia, tanaman sagu banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, yaitu Papua, Maluku, dan Maluku Utara.

Selain sagu yang menjadi pangan pokok sebagian masyarakat kawasan itu, ulat sagu pun mereka konsumsi, terutama oleh warga di pedesaan. Mereka biasa mengonsumsi langsung ulat itu ataupun memasaknya lebih dulu.

Ulat sagu sebagai salah satu makanan khas Papua itulah yang diangkat Mike dan dipopulerkannya. Apalagi kaum muda Papua, terutama yang tinggal di perkotaan, cenderung tak lagi mengenal ulat sagu. Mereka pun tak pernah mengonsumsinya.

”Sebelum memutuskan mengangkat ulat sagu, saya sempat terpikir mengangkat tanaman sagu. Namun, tak jadi karena banyak orang sudah tahu tanaman itu,” ujar perempuan yang menyenangi ilmu biologi ini.

Mengolah ulat sagu menjadi bumbu makanan dilakukan Mike setelah melalui serangkaian penelitian. Penelitian pertama dilakukan tahun 2011. Mereka mencoba meneliti kadar protein tertinggi pada ulat sagu. Ada tiga bagian ulat yang diteliti, kepala dan kulit, cairan hitam, serta cairan putih. Hasilnya, kadar protein tertinggi ada pada cairan putih. ”Kadarnya mencapai 17 persen. Kandungan protein ini melebihi protein pada telur yang hanya 13 persen,” tutur Mike.

Pada cairan putih itu pula Mike bersama empat rekannya menganalisis kandungan lainnya hingga diperoleh data kandungan karbohidrat 3 persen, air 55 persen, lemak 12 persen, dan beberapa kandungan asam amino lainnya.

Penelitian ini membuat mereka menjuarai Lomba Peneliti Belia Papua Tahun 2011 sekaligus meloloskannya ke lomba serupa di tingkat nasional. Pada lomba ini, kemenangan kembali mereka raih, lalu mengikuti Konferensi Internasional Peneliti Muda di Belanda.

Menjelang konferensi, penelitian kembali dilakukan. Penelitian yang berlangsung satu bulan ini untuk mengolah cairan putih menjadi bumbu makanan. ”Kami ingin menunjukkan, ulat sagu bisa menjadi tambahan makanan hingga gizi pada makanan lebih kaya,” katanya.

Rasa baru

Hasil olahan dicampur pada nasi goreng, bakso, dan keripik. Makanan ini lalu dicoba kepada sejumlah orang, dan hasilnya lebih enak. Mike lalu mencobanya pada spageti dan roti lapis.

”Kami akan bertanding di luar negeri yang tidak tahu bakso dan keripik. Makanya, kami coba campur dengan spageti dan roti. Ternyata hasilnya memuaskan. Ada rasa baru dari kedua makanan itu,” ujarnya.

Serangkaian penelitian dilakukan Mike dibantu empat rekan yang juga pelajar SMA di Papua, yaitu Richard Antonius Mahuze (SMAN 3 Merauke), Yulian Marco Awairaro (SMAN 1 Serui), Darius Ohee (SMAN 3 Jayapura), dan Agustina Padama (SMAN 3 Jayapura).

Penelitian mereka dibimbing tiga pengajar Surya Institute, Tangerang, yaitu Lies Dwiarti, Lindawati, dan Yalun Arifin. Mike adalah satu dari 150 pelajar Papua yang terpilih untuk dilatih ilmu sains di Surya Institute.

Setelah penelitian tuntas, Mike dipilih untuk membawa hasil penelitiannya ke Konferensi Internasional Peneliti Muda di Belanda. Ia berangkat bersama 11 pelajar lain dari sejumlah daerah di Indonesia, yang juga mengenyam pelatihan di Surya Institute.

Presentasi penelitian ulat sagu dan produk olahannya, ditambah jawaban atas pertanyaan dari juri, berlangsung 15 menit. Semua itu dipaparkan Mike dalam bahasa Inggris.

”Sejak kelas III SD, Mike belajar bahasa Inggris. Saat di SMPN 2 Sentani, dia masuk kelas bilingual sehingga fasih berbahasa Inggris,” kata Alphius Toam (48), ayah Mike Toam.

Mike pun berhasil meyakinkan ketujuh juri yang berasal dari tujuh negara, di antaranya Belanda dan Amerika Serikat. ”Tidak terbayang bisa meraih penghargaan, apalagi sebelumnya saya terancam tidak bisa mengikuti lomba,” kata anak pertama pasangan Alphius dan Amelia Ibo (46) ini.

Konferensi di Belanda digelar bersamaan dengan waktu ujian nasional (UN) SMA, 16 April lalu. Pihak sekolah sempat tak mengizinkan pergi karena Mike bisa tak lulus jika tidak mengikuti UN. Izin baru ia peroleh setelah ada surat izin dari Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh yang menyatakan Mike bisa mengikuti ujian susulan pada 1-4 Mei di Jakarta.

Tak terbayangkan pula penghargaan itu diraih saat Mike mempersiapkan diri menghadapi UN. ”Waktu saya banyak tersita untuk mempersiapkan UN, ditambah ujian sekolah dan ujian praktik,” ujarnya.

Bagi Papua, prestasi Mike menambah daftar anak-anak Papua yang bisa berprestasi di tingkat internasional. Sebelumnya, Septinus George Saa yang juga mengenyam pendidikan di SMAN 3 Jayapura menjadi juara pertama lomba riset ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat internasional tahun 2004.

”Jika ada peluang mengembangkan diri, anak-anak Papua bisa mencapai prestasi tinggi. Peluang itulah yang selama ini tertutup. Ini membuat Papua tertinggal dari daerah lain,” kata Kepala SMAN 3 Jayapura Paulus Gandeguai.

 • Lahir: Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, 21 Juni 1994 • Pendidikan: - SMAN 3 Jayapura, 2009-kini - SMPN 2 Sentani, 2006-2009 - SD Inpres Abeale 1, 2000-2006 • Penghargaan: - Juara Tiga Kategori Ilmu Alam pada Konferensi Internasional Peneliti Muda di Nijmegen, Belanda, 2012 - Juara Pertama Lomba Peneliti Belia Papua, 2011

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com